Rabu, 30 September 2009
Di Atas Tanah Abang
Saat pertemuan Gubernur seluruh dunia di Danau Toba Medan beberapa waktu lalu, mereka melakukan rekreasi bersama keliling dunia dengan fasilitas pesawat dari Amerika. Kebetulan gubernur DKI Sutiyoso Bersama Arnold S (Gubernur California) dan Tuanku Tuk Abduk Rozak dari Malaysia dalam satu pesawat.
Seperti biasa, setiap Gubernur selalu ingin memamerkan apa yang menjadi kebanggaan negerinya lewat perjalanan angkasanya.
Tidak lama Arnold mengeluarkan tangannya dan sesaat kemudian dia berkata, "Wah kita sedang berada di atas New York!"
Sutiyoso kaget, "Lho kok bisa tau sih?"
"Itu.. patung Liberty kepegang!", jawab Arnold dengan bangganya.
Nggak mau kalah Tun Abdul Rozak, ikut menjulurkan tangannya keluar. "Tau nggak... kita sedang berada di atas kota Kuala Lumpur", katanya dengan sombongnya.
Sutiyoso, "Wah... kok bisa tau juga?. Itu, menara Petronas kepegang!", sahutnya.
Karena disombongin sama dua sahabatnya ini, giliran Sutiyoso yang menjulurkan tangannya keluar pesawat, "Wah... kita sedang berada di atas Tanah Abang!", teriak Sutiyoso.
"Lho kok bisa tau sih?" tanya Dua temannya heran kepada Sutiyoso, "Ini... jam tangan saya ilang...".
Seperti biasa, setiap Gubernur selalu ingin memamerkan apa yang menjadi kebanggaan negerinya lewat perjalanan angkasanya.
Tidak lama Arnold mengeluarkan tangannya dan sesaat kemudian dia berkata, "Wah kita sedang berada di atas New York!"
Sutiyoso kaget, "Lho kok bisa tau sih?"
"Itu.. patung Liberty kepegang!", jawab Arnold dengan bangganya.
Nggak mau kalah Tun Abdul Rozak, ikut menjulurkan tangannya keluar. "Tau nggak... kita sedang berada di atas kota Kuala Lumpur", katanya dengan sombongnya.
Sutiyoso, "Wah... kok bisa tau juga?. Itu, menara Petronas kepegang!", sahutnya.
Karena disombongin sama dua sahabatnya ini, giliran Sutiyoso yang menjulurkan tangannya keluar pesawat, "Wah... kita sedang berada di atas Tanah Abang!", teriak Sutiyoso.
"Lho kok bisa tau sih?" tanya Dua temannya heran kepada Sutiyoso, "Ini... jam tangan saya ilang...".
Sudah Nyampe Banyuwangi
Suatu hari, seorang ibu mengantar anaknya yang baru berusia 7 tahun, naik bis jurusan Surabaya-Denpasar. Ibu berpesan pada pak supir," Pak, titip anak saya ya? Nanti kalo sampe di Banyuwangi, tolong kasih tau anak saya." Sepanjang perjalanan, si anak cerewet sekali. Sebentar-sebentar ia bertanya pada penumpang," Udah sampe Banyuwangi belom?" Hari mulai malam dan anak itu masih terus bertanya-tanya. Penumpang yang satu menjawab," Belom, nanti kalo sampe dibangunin deh! Tidur aja!" Tapi si anak tidak mau diam, dia maju ke depan dan bertanya pada supir untuk kesekian kalinya," Pak, cudah campe Banyuwangi belom?" Pak Supir yang sudah lelah dengan pertanyaan itu menjawab," Belom! Tidur aja deh! Nanti kalo sampe Banyuwangi pasti dibangunin!"
Kali ini, si anak tidak bertanya lagi, ia tertidur pulas sekali. Karena suara si anak tidak terdengar lagi, semua orang di dalam bis lupa pada si anak, sehingga ketika melewati Banyuwangi, tidak ada yang membangunkannya. Bahkan sampa menyeberangi selat Bali dan sudah mendarat di Ketapang,Bali, si anak tertidur dan tidak bangun-bangun. Tersadarlah si supir bahwa ia lupa membangunkan si anak. Lalu ia bertanya pada para penumpang," Bapak-ibu, gimana nih, kita anter balik gak anak ini?" Para penumpang pun merasa bersalah karena ikut melupakan si anak dan setuju mengantar si anak kembali ke Banyuwangi.
Maka kembalilah rombongan bis itu menyeberangi Selat Bali dan mengantar si anak ke Banyuwangi. Sesampai di Banyuwangi, si anak dibangunkan. "Nak! Udah sampe Banyuwangi! Ayo bangun!" Kata si supir. Si anak bangun dan berkata," O udah syampe yah !" Lalu membuka tasnya dan mengeluarkan kotak makanannya. Seluruh penumpang bingung. "Bukannya kamu mau turun di Banyuwangi?" Tanya si supir kebingungan. "Nggak, saya ini mau ke Denpasar ngunjungin nenek. kata mama, kalo udah sampe Banyuwangi, saya boleh makan nasi kotaknya!".
Kali ini, si anak tidak bertanya lagi, ia tertidur pulas sekali. Karena suara si anak tidak terdengar lagi, semua orang di dalam bis lupa pada si anak, sehingga ketika melewati Banyuwangi, tidak ada yang membangunkannya. Bahkan sampa menyeberangi selat Bali dan sudah mendarat di Ketapang,Bali, si anak tertidur dan tidak bangun-bangun. Tersadarlah si supir bahwa ia lupa membangunkan si anak. Lalu ia bertanya pada para penumpang," Bapak-ibu, gimana nih, kita anter balik gak anak ini?" Para penumpang pun merasa bersalah karena ikut melupakan si anak dan setuju mengantar si anak kembali ke Banyuwangi.
Maka kembalilah rombongan bis itu menyeberangi Selat Bali dan mengantar si anak ke Banyuwangi. Sesampai di Banyuwangi, si anak dibangunkan. "Nak! Udah sampe Banyuwangi! Ayo bangun!" Kata si supir. Si anak bangun dan berkata," O udah syampe yah !" Lalu membuka tasnya dan mengeluarkan kotak makanannya. Seluruh penumpang bingung. "Bukannya kamu mau turun di Banyuwangi?" Tanya si supir kebingungan. "Nggak, saya ini mau ke Denpasar ngunjungin nenek. kata mama, kalo udah sampe Banyuwangi, saya boleh makan nasi kotaknya!".
SDN II SIDOREJO
Mula-mula SD ini bernama "SDN VIII SIDOREJO" semasa desaku masih berkecamatan JATIROTO, tapi setelah desaku SIDOREJO mengalami pemekaran wilayah kecamatan menjadi kecamatan ROWOKANGKUNG, maka SDN VIII SIDOREJO tadi menjadi SDN II SIDOREJO berkecamatan ROWOKANGKUNG. Masa kekanak-kanakanku berawal disekolah SD Inpres ini, meskipun berada di ujung desa namun sekolah ini sangat menyisakan kenangan-kenangan indah pada saat aku menatap sekolah ini bilamana aku berkunjung kedesaku SIDOREJO PEPE. Sungguh tidak aku duga kalau sekolah ini menciptakan jiwa dan karakter hidupku yang sampai sekarang terpatri sepanjang jaman selama sekolah ini masih ada...(bersambung)
Selasa, 29 September 2009
BLACK or WHITE & GREEN or RED
Kilau MERAH semakin membakar semangatku untuk berkarya dan terus berkarya. Kebesihan hati yang PUTIH semakin mendekatkanku kepada sang Pencipta. Disana sang HIJAU selalu mendampingiku untuk selalu beriringan selalmanya untuk selalu mencintai lingkungan. Tapi kenapa negara yang kucintai seolah-olah berwarna HITAM pekat dikarenakan alam yang semakin tidak bersahabat seiring dengan usia dunia yang semakin tua...
SMPN 1 YOSOWILANGUN
Masa beranjak dewasa yang penuh kenangan, disekolah ini aku mulai menempa kemandirian. Perjalanan pendidikan di tingkat lanjutan pertama yang sangat memberikan kenangan indah, pahit, sedih, bangga dan sukses yang sangat terngiang ke dalam angan sampai kapanpun...
Teman yang setia, guru yang bijak dan kenangan-kenangan yang tak terlupakan disetiap sudut-sudut sekolah. Berangkat sekolah menggunakan (gethek : salah satu alat transportasi sungai favorite pada saat itu, karena jarak ke sekolah lebih dekat dan murah meriah, sedangkan pulang sekolah aku menumpang teman yang kebetulan satu jalur dengan rumah tinggalku...hehehe..., sialnya kalau sedang banjir "gethek" tadi terpaksa tidak dioperasikan demi keamanan penumpang yang rata2 anak-anak sekolah, alhasil aku harus berbalik arah untuk berangkat sekolah dengan jalan darat normal yang otomatis memakan waktu lebih lama. Bisa ditebak kalau aku sering datang terlambat dan aku akan memberikan alasan kepada guru kenapa aku bisa terlambat.... jawaban aku akan mengundang gelak tawa seluruh isi kelas.....hahaha..sungguh kenangan yang terlalu manis untuk dilupakan....)
Senin, 28 September 2009
Animal Of Lucky
Bangsa Tirai Bambu memberikan penempatan status yang paling tinggi terhadap sebuah hewan bernama "NAGA", sampai-sampai angka penanggalan kelahiran yang berkaitan dengan hewan ini sangat menjadi dambaan sebagian besar bangsa yang mempercayai hal-hal tersebut sebagai simbol keberuntungan yang abadi.... (katanya sih begitu... peran Tuhan Gimana...?)
PANGLIMA BESAR JENDRAL SOEDIRMAN
Jenderal Besar TNI Anumerta Soedirman (Sudirman) (lahir di Bodas Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah, 24 Januari 1916 – meninggal di Magelang, Jawa Tengah, 29 Januari 1950 pada umur 34 tahun) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang berjuang pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Dalam sejarah perjuangan Republik Indonesia, ia dicatat sebagai Panglima dan Jenderal RI yang pertama dan termuda. Saat usia Soedirman 31 tahun ia telah menjadi seorang jenderal. Meski menderita sakit tuberkulosis paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya dalam perang pembelaan kemerdekaan RI. Pada tahun 1950 ia wafat karena penyakit tuberkulosis tersebut dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta.
LATAR BELAKANG KELUARGA
Soedirman dibesarkan dalam lingkungan keluarga sederhana. Ayahnya, Karsid Kartowirodji, adalah seorang pekerja di Pabrik Gula Kalibagor, Banyumas, dan ibunya, Siyem, adalah keturunan Wedana Rembang.
Soedirman sejak umur 8 bulan diangkat sebagai anak oleh R.
Tjokrosoenaryo, seorang asisten Wedana Rembang yang masih merupakan
saudara dari Siyem.
PENDIDIKAN
Soedirman memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Surakarta tapi tidak sampai tamat. Soedirman saat itu juga giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan. Setelah itu ia menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap.
KARIR MILITER
Ketika zaman pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor di bawah pelatihan tentara Jepang. Setelah menyelesaikan pendidikan di PETA, ia menjadi Komandan Batalyon di Kroya, Jawa Tengah. Kemudian ia menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TKR).
Soedirman dikenal oleh orang-orang di sekitarnya dengan pribadinya
yang teguh pada prinsip dan keyakinan, dimana ia selalu mengedepankan
kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya,
bahkan kesehatannya sendiri. Pribadinya tersebut ditulis dalam sebuah
buku oleh Tjokropranolo,
pengawal pribadinya semasa gerilya, sebagai seorang yang selalu
konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan
negara.
Pada masa pendudukan Jepang ini, Soedirman pernah menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Karesidenan Banyumas. Dalam saat ini ia mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan.
PASCA KEMERDEKAAN INDONESIA
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, pasukan Jepang menyerah tanpa syarat kepada Pasukan Sekutu dan Soekarno mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia.
Soedirman mendapat prestasi pertamanya sebagai tentara setelah
keberhasilannya merebut senjata pasukan Jepang dalam pertempuran di Banyumas, Jawa Tengah. Soedirman mengorganisir batalyon PETA-nya menjadi sebuah resimen yang bermarkas di Banyumas, untuk menjadi pasukan perang Republik Indonesia yang selanjutnya berperan besar dalam perang Revolusi Nasional Indonesia.
Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 12 November 1945, Soedirman terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang RI. Selanjutnya dia mulai menderita penyakit tuberkulosis, walaupun begitu selanjutnya dia tetap terjun langsung dalam beberapa kampanye perang gerilya melawan pasukan NICA Belanda.
PERAN DALAM REVOLUSI NASIONAL INDONESIA
Menangnya Pasukan Sekutu atas Jepang dalam Perang Dunia II membawa pasukan Belanda untuk datang kembali ke kepulauan Hindia Belanda (Republik Indonesia sekarang), bekas jajahan mereka yang telah menyatakan untuk merdeka.
Setelah menyerahnya pasukan Jepang, Pasukan Sekutu datang ke Indonesia
dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang. Ternyata pasukan sekutu
datang bersama dengan tentara NICA
dari Belanda yang hendak mengambil kembali Indonesia sebagai koloninya.
Mengetahui hal tersebut, TKR pun terlibat dalam banyak pertempuran
dengan tentara sekutu.
Perang besar pertama yang dipimpin Soedirman adalah perang Palagan Ambarawa melawan pasukan Inggris dan NICA Belanda yang berlangsung dari bulan November sampai Desember 1945. Pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Soedirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa.
Dan pada tanggal 12 Desember 1945, Soedirman melancarkan serangan
serentak terhadap semua kedudukan Inggris di Ambarawa. Pertempuran
terkenal yang berlangsung selama lima hari tersebut diakhiri dengan
mundurnya pasukan Inggris ke Semarang. Perang tersebut berakhir tanggal 16 Desember 1945.
Setelah kemenangan Soedirman dalam Palagan Ambarawa, pada tanggal 18 Desember 1945 dia dilantik sebagai Jenderal oleh Presiden Soekarno. Soedirman memperoleh pangkat Jenderal tersebut tidak melalui sistem Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya, tapi karena prestasinya.
PERAN DALAM AGRESI MILITER II BELANDA
Saat terjadinya Agresi Militer II Belanda, Ibukota Republik Indonesia dipindahkan di Yogyakarta, karena Jakarta sudah diduduki oleh tentara Belanda. Soedirman memimpin pasukannya untuk membela Yogyakarta
dari serangan Belanda II tanggal 19 Desember 1948 tersebut. Dalam
perlawanan tersebut, Soedirman sudah dalam keadaan sangat lemah karena
penyakit tuberkulosis
yang dideritanya sejak lama. Walaupun begitu dia ikut terjun ke medan
perang bersama pasukannya dalam keadaan ditandu, memimpin para
tentaranya untuk tetap melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda
secara gerilya.
Penyakit yang diderita Soedirman saat berada di Yogyakarta semakin
parah. Paru-parunya yang berfungsi hanya tinggal satu karena
penyakitnya. Yogyakarta pun kemudian dikuasai Belanda, walaupun sempat
dikuasai oleh tentara Indonesia setelah Serangan Umum 1 Maret 1949. Saat itu, Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta
dan beberapa anggota kabinet juga ditangkap oleh tentara Belanda.
Karena situasi genting tersebut, Soedirman dengan ditandu berangkat
bersama pasukannya dan kembali melakukan perang gerilya. Ia
berpindah-pindah selama tujuh bulan dari hutan satu ke hutan lain, dan dari gunung
ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah dan dalam kondisi hampir tanpa
pengobatan dan perawatan medis. Walaupun masih ingin memimpin perlawanan
tersebut, akhirnya Soedirman pulang dari kampanye gerilya tersebut
karena kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkannya untuk memimpin
Angkatan Perang secara langsung. Setelah itu Soedirman hanya menjadi
tokoh perencana di balik layar dalam kampanye gerilya melawan Belanda.
Setelah Belanda menyerahkan kepulauan nusantara sebagai Republik Indonesia Serikat dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949 di Den Haag, Jenderal Soedirman kembali ke Jakarta bersama Presiden Soekarno, dan Wakil Presiden Mohammad Hatta.
KEMATIAN
Pada tanggal 29 Januari 1950, Jenderal Soedirman meninggal dunia di Magelang, Jawa Tengah karena sakit tuberkulosis parah yang dideritanya. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan. Pada tahun 1997 dia mendapat gelar sebagai Jenderal Besar Anumerta
dengan bintang lima, pangkat yang hanya dimiliki oleh tiga jenderal di
RI sampai sekarang, Haji Muhammad Soeharto, Abdul Haris Nasution dan
dirinya sendiri.
WARISAN BUDAYA
- Patung dan monumen Jenderal Soedirman didirikan di banyak kota di Indonesia, seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya.
- Banyak kota besar di Indonesia mempunyai jalan raya yang dinamakan "Jalan Jenderal Sudirman".
- Sebuah perguruan tinggi negeri di Purwokerto, Jawa Tengah diberi nama Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed).
SMAN 1 YOSOWILANGUN (SMAYO)
Sebuah instansi pendidikan formal berkecamatan YOSOWILANGUN, berkabupaten LUMAJANG, berpropinsi JAWA TIMUR, disana aku mengenyam pelajaran-pelajaran tingkat menengah atas. Banyak yang aku ambil pelajaran disana, mulai dari pendidikan, teman, "cinta monyet", guru, sampai tempat tongkrongan bernama "Warung Mbok Suto". Sajian khas menu-menu penggugah selera usai bubarnya upacara hari senin yang menjemukan. Selain harga yang relatif terjangkau untuk yang uang sakunya cekak, penawaran senyum pemilik warung yang polos dan ramah terhadap para pembeli juga menjadi daya tarik Warung yang sempat dijuluki "WARUNG FAVORITE SMAYO".
Masih teringat ketika terlambat sekolah, mengejar pelajaran dengan memanjat pagar, hanya ingin mengejar jam pertama. Masih teringat pula takala telat upacara distrap dilapangan selama 2 jam penuh.....hhuuuuhhhhhfff....Panase iku rekk...
Sekelumit kenangan ketika aku mengenal seorang gadis, wajar bagiku untuk seorang yang masih bau kencur dan pertama kali mengenal apa yang dinamakan pacaran. Sungguh aku seorang yang sangat lugu dan mati kutu ketika setiap hari harus berpapasan dengan gadis tersebut......hahahahaha.... sunguh... sungguh.... sungguh kenangan yang tak terlupakan bilamana aku menginjakkan kaki di tanah kelahiranku dan sekolahku sekaligus masa2 remajaku...... hmmmm....jadi terharu.
Kelak aku kepingin dengan suasana yang penuh kebersamaan, aku bisa berkumpul dengan guru, teman, dan sobat2 terdekatku untuk melepas kangen, dalam suasana yang lebih berkesannnn...sampai ketemu dengan semuanya kelak....!!!!
Sabtu, 26 September 2009
INTRODUCING . . .
Pengembangan terhadap kreatifitas diri, pengembangan hal tersebut menjadi suatu olah opini dan imajinasi terhadap ide-ide yang brillian...
Ketika suatu kreatifitas menjanjikan sesuatu kepuasan, disitulah suatu nikmat akan kemampuan diri menjadi karya yang membanggakan...
Tentunya suatu kebanggaan tersebut tidak lepas dari kerja keras, pantang menyerah dan rasa optimis yang tinggi untuk meraihnya.... Disana Sang Pencipta berperan begitu tinggi dengan nikmat dan anugerah yang kita miliki...BERKREATIFITASLAH...BERCITA-CITALAH SETINGGI LANGIT....
Kutatap sesuatu didepan sana, Secercah cahaya membangkitkan semangatku untuk berjalan menatap masa depan dan cita-cita. teringat aku akan masa kecil dimana aku berpikir keras akan kuapakan duniaku kelak, aku menengadah memohon kebesaran Tuhan YME. Aku berharap apa yang kulakukan sampai hari ini akan berguna bagi keluarga, bangsa, negara dan agama, terimalah sujudku kepadaMU yang Maha Besar dan Maha Berkehendak...TuhanKU Allah SWT.
Langganan:
Postingan (Atom)