Rabu, 02 Desember 2009

10 Sungai Terpanjang Di Dunia

1. Sungai NIL (Mesir, Afrika) = 6650 km. 2. Sungai AMAZON (Amerika Selatan) = 6400 km.
3. Sungai YANGTZE/CHANG JIANG (China) = 6300 km.
4. Sungai MISSISSIPPI (Missouri, Amerika Utara) = 6275 km.
5. Sungai YENISEI-ANGARA-SELENGA (Rusia & Mongolia) = 5539 km.
6. Sungai KUNING/HUANG HO (China, Benua Asia) = 5464 km.
7. Sungai OB - IRTYSH (Eropa dan Asia) = 5410 km.
8. Sungai KONGO (Afrika) = 4700 km.
9. Sungai AMUR (Eropa dan Asia) = 4444 km.
10. Sungai LENA (Rusia, Benua Eropa) = 4400 km.

Kamis, 19 November 2009

MASIH ADAKAH "NASIONALISME" ITU DIHATI KITA...?



“NASIONALISME DI BERBAGAI ASPEK”

BUDAYA
Sebagai salah satu bangsa yang besar dan bermartabat, sudah sepantasnyalah kita memberikan apresiasi yang penuh terhadap orang-orang terdahulu kita. Kepada merekalah kita harus memberikan penghargaan setinggi-tingginya, itu patut kita persembahkan karena atas jasa-jasa beliau para pahlawanlah kemerdekaan dapat diraih. Hal itu juga yang di perjuangkan mereka-mereka para pahlawan dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati memberikan ”warisan budaya”. Budaya rela berkorban merupakan salah satu warisan yang tidak bisa diukur dengan materi semata dan sepatutnyalah kita sebagai generasi penerus menjadi ahli wari dalam meneruskan perjuangan tersebut guna lebih memupuk jiwa nasionalisme yang lebih tinggi dalam mengisi kemerdekaan di era sekarang. Sudah barang tentu warisan ini adalah warisan yang memberikan kita bekal yang kuat dalam menjunjung nilai-nilai moral dan martabat suatu bangsa.
Sebagai salah satu contoh warisan tersebut adalah ”nasionalisme”. Terpikirkankah oleh mereka? Para pejuang masa penjajahan dahulu dalam mempertahankan kemerdekaan harus memilih-milih dahulu, Siapakah Kamu? Sukumu Apa? Agamamu Apa? Berasal Dari Golongan Mana? Sudahlah tentu pertanyaan-pertanyaan seperti itu akan dibuang jauh-jauh manakala kita sudah sejengkal lagi berhadapan dengan penjajah yang bermental kolonial terhadap bangsa dan negara yang kita cintai ini, Mengapa?, karena hal-hal seperti tersebut dianggap sangat mengganggu serta menghambat rasa tekad bulat dalam mengusir penjajah serta akan merusak akar-akar sebuah nilai nasionalisme yang mutlak harus dijunjung tinggi.
Bagaimanakah kabar ”Budaya Nasionalisme” bangsa dan negara kita sekarang ini ?
Kemanakah ”nasionalisme” negara kita ini yang dulu selalu diagung-agungkan bahkan dijadikan sebagai ”sebuah pusaka” yang maha dahsyat dan ampuh dalam membentengi bangsa terhadap gelombang penjajahan ?
Sebuah pertanyaan-pertanyaan yang harus kita jawab sebagai warga negara dengan jujur, arif dan bijaksana sehubungan dengan kondisi bangsa & negara kita sekarang ini. Sebagai warga negara sekaligus ahli waris terhadap budaya pendahulu-pendahulu kita, tentu harus arif dan bijak terhadap kondisi-kondisi yang sudah ada sekarang ini. Sangat ironis memang bilamana pelbagai budaya positif bangsa ini mulai tergerus dengan globalisasi yang membawa sendi-sendi negatif dan amat tajam mengancam jati diri bangsa ini. Budaya bangsa yang selayaknya menjadi filter dan tulang punggung bangsa akan terkikis begitu saja dimakan oleh zaman.
Sudah selayaknyalah kita dianggap bangsa besar dengan menghargai warisan budaya nasionalisme para pejuang dalam mempertahankan harkat dan martabat bangsa dan negara ini. Pantas para pejuang dahulunya rela berkorban harta, nyawa dan keluarga demi keutuhan nilai-nilai nasionalisme yang para mereka anggap sebagai senjata yang maha ampuh dan sakti dalam melawan keangkuhan kolonialisme yang merajalela pada saat itu.
Sudahkah kita sebagai generasi penerus memiliki rasa ”nasionalisme” yang tinggi layaknya para pendahulu kita yaitu para pejuang-pejuang tersebut ?
Sebuah pertanyaan yang memiliki makna dan harapan yang sangat besar terhadap warga negara indonesia saat ini. Jawaban terhadap pertanyaan tersebut sangat menggugah kita masing-masing untuk saling mengetuk sanubari dan hati kecil kita yang paling dalam. Hal tersebut sesekali memang perlu di pertanyakan mengingat mulai lunturnya nilai-nilai nasionalisme pada diri generasi sekarang. Kurang memaknai dan minim pemahaman terhadap semangat nasionalisme adalah sebagian dari salah satu sebab kenapa mental dan jiwa nasionalisme generasi sekarang semakin merosot.
Maka dari itu renungkanlah sejenak, tanyakanlah pada hati dan pikiran, masih adakah rasa ”nasionalisme” itu pada diri kita...?

EKONOMI
Sektor ini sangat berpengaruh bagi kemajuan suatu bangsa. Bangsa atau negara bisa dianggap maju dengan tolak ukur ekonomi yang kuat dan tangguh. Tetapi bagaimana cara agar ekonomi yang kuat tersebut memperkuat rasa nasionalisme juga bukan malah sebaliknya kalau ekonomi tersebut menjadi benalu dalam jiwa serta semangat nasionalisme.
Kita tengok sejenak apa peristiwa yang terjadi dinegara kita pada 11 tahun yang silam tepatnya pada bulan Mei 1998?
Sebuah peristiwa bersejarah kelam bagi bangsa yang besar dan komplek ini. Sejarah dimana akan menorehkan memori yang amat dalam di hati segenap rakyat Indonesia. Teramat pedih sejarah tersebut untuk dilupakan begitu saja, terutama bagi tonggak-tonggak perekonomian kita. Itulah awal era dimana ekonomi kita mulai terseok-terseok dihantam krisis yang paling ditakuti oleh segenap bangsa yang terkenal dengan keaneka ragaman status soial.. Bangsa kita layaknya seseorang yang terserang penyakit akut dan kronis yang datang secara tiba-tiba dan serba mendadak.
”Sang Dolar” yang menjadi raja dari alat perekonomian dunia dengan sombongnya mengobrak-abrik nilai ”Sang Rupiah” yang menjadi kebanggaan di tuan rumah yaitu bangsa Indonesia. Sang rupiah (Rp) yang sempat menembus Rp. 15.000/US$ semakin memporak – porandakan sendi-sendi perekonomian kita. Sampai-sampai dengan harga dollar yang melejit tersebut, aspek-aspek negara kita ini satu-persatu mulai mulai merasakan dampaknya. Beberapa contoh dampak sektor riil pada saat itu adalah :
- Laju ekspor kebeberapa negara pada merosot tajam.
- Angka pengangguran semakin meningkat akibat PHK massal.
- Harga kebutuhan pokok yang semakin meningkat akibat imbas dari naiknya harga Bahan Bakar Mesin (BBM) yang memang pada saat itu sangat menjadi ketergantungan pada sektor industri.
Sedikit demi sedikit namun pasti dari komponen negeri yang paling tinggi yakni negara sampai ke komponen negara yang paling rendah yakni rakyat jelata merasakan imbas dari krisis ekonomi ini.
Dasar-dasar perekonomian pada saat itu diperlukan bertahan atau hancur sama sekali untuk mengatasi permasalahan bangsa ini. Pemikiran-pemikiran cemerlang pada saat itu sangat diharapkan untuk sedikit meredam gejolak yang semakin gencar terhadap pendapatan negara kita. Hal tersebut belum termasuk beban hidup rakyat menengah ke bawah yang semakin tertekan dengan harga-harga kebutuhan sehari-hari yang semakin meningkat dan melonjak. Tidak heran pada saat itu semua penghuni negara ini bertanya pada diri sendiri secara mendalam......Akan bangkrutkah negara kita ini kelak? Sebuah penggalan pertanyaan yang sangat miris di telinga rakyat sebuah negara yang dulunya mengalami kejayaan di bidang pangan dan agro atau bidang lain yang menjadi dasar penopang perekonomian kita.

KEPEMIMPINAN
Berkembangnya dan majunya suatu negara sangat bergantung kepada warga negara itu sendiri termasuk sosok pemimpin yang mempunyai kapabilitas, kapasitas, loyalitas dan personalitas yang tinggi dalam memimpin warga negaranya. Kemajemukan suatu bangsa sangat membutuhkan tangan-tangan terampil dan cekatan dalam menangani permasalahan negara dan itu sangat memerlukan suatu kemampuan yang lebih agar tidak sedikitpun merugikan sesuatu pihak manapun atau sebaliknya.
Melihat sejarah pemimpin bangsa negara yang kita cintai ini, tentunya tidak lepas dari kebijakan-kebijakan yang telah ditorehkan oleh pemimpin-pemimpin kita tersebut. Hal yang demikian sangat perlu kita maklumi karena setiap pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Tetapi bukan berarti dengan perbedaan gaya kepemimpinan tersebut, lantas jati diri bangsa diabaikan begitu saja. Sungguh sangat ironis bilamana seorang pemimpin lebih dominan ”idealisme” pribadi dari pada mementingkan sebuah ”idealisme” bangsa dan negara.
Sebuah naluri kebangsaan dan nasionalisme yang tinggi harus menjadi tameng dasar bagi pemimpin negara yang besar seperti bangsa Indonesia ini. Suatu bangsa yang sangat membutuhkan rasa solidaritas negara yang kuat walaupun negara kita memiliki penghuni yang berada pada perbedaan agama, suku, bahasa dan budaya yang beragam. Sosok pemimpin bagaimanakah yang akan menjadi sosok yang tepat untuk negara kita ini? Sebuah pertanyaan yang memiliki peranan penting terhadap kondisi yang ada di negara kita ini. Jawaban yang tepat adalah sosok yang mampu bekerja keras dan tekat yang bulat untuk menjadikan ”perbedaan-perbedaan” diatas berada dalam satu wadah yaitu ”nasionalisme”. Karena hanya dengan rasa nasionalisme yang tinggi maka persatuan dan kesatuan warga negara bangsa kita ini bisa terwujud, walupun di sana terdapat perbedaan suku, agama, dan budaya diantara mereka masing-masing.

SOSIAL
Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa kita memiliki rasa sosial yang sangat beragam, dari yang berkehidupan dikota maupun di pedesaan. Hal ini dipengaruhi oleh keberagaman semua sisi yang berada di negara kita. Nilai-nilai sosial masih kental karena budaya yang masih dipegang oleh masyarakat Indonesia, itu karena mereka memegang tradisi yang diwariskan dari pendahulu mereka. Kehidupan sosial dinegara kita masih sangat memprihatinkan karena masih adanya jurang pemisah antara dua kehidupan sosial yang berbeda. Hubungan sosial yang erat antara dua hubungan atau lebih seyogyanya menguatkan ikatan nasionalisme yang tinggi akan berubah kenyataannya karena kondisi hubungan sedemikan rupa kurang terpatri di segenap masyarakat kita di Indonesia.
Mengambil contoh yang sederhana dari sebagian besar hubungan sosial antara si Kaya dan si Miskin di negara kita ini. Sebuah realita sosial yang sangat-sangat jelas patut membukakan mata kita. Sebuah hubungan perbedaan yang mestinya menjadi satu kesatuan yang saling membutuhkan dan memupuk persaudaraan, itulah sumber dimana suatu rasa kebersamaan akan menjadi cikal bakal suatu rasa nasionalisme yang begitu tinggi di tingkat bawah yakni masyarakat. Mungkin pada awalnya kita akan bertanya-tanya kepada diri kita sendiri, segitu besarkan rasa kebersamaan di tingkat bawah akan memupuk rasa nasionalisme secara menyeluruh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jawaban ”ya” adalah jawaban satu-satunya yang masuk akal, mengapa demikian? Sebuah niat yang besar berawal dari niat kecil yang akhirnya bermuara dan berujung pada berkembangnya ke semangat yang lebih besar. Nah disinilah semangat nasionalisme yang besar akan terpupuk dari niat yang mulia dari hubungan terkecil seperti di atas yaitu hubungan antara si miskin dan si kaya, pengusaha dan karyawan serta tidak kalah penting adalah hubungan sosial antara pemimpin dan yang dipimpin.
Hubungan baik di tingkat yang lebih bawah akan memberi pengaruh positif pula terhadap hubungan sosial di tingkat yang lebih tinggi pula. Hubungan yang positif dan mengarah ke persatuan dan kesatuan bangsa ini akan semakin mempererat hubungan dan semakin erat hubungan sosial tersebut maka akan terjalin pula rasa nasioanalisme yang sangat tinggi terhadap keutuhan dan kekuatan suatu bangsa dan negara.


oleh_HARIYANTO

Senin, 09 November 2009

GAJAH

Standar pelatihan gajah sirkus: Ketika masih kecil, gajah sirkus dirantai kakinya, setiap akan jalan melangkah, dia terjatuh tertahan rantai, tersungkur.

Setelah berkali kali tersungkur, dia tidak lagi berani berjalan bila ada rantai di kakinya.

Waktu sudah dewasa, bila ada rantai di kakinya, maka gajah itupun tidak akan berani berjalan lagi. Padahal badan nya sudah berubah besar dan tenaganya hebat, dan pasti rantai itu tidak akan mampu menahannya.

Sang gajah tidak berani mencoba berjalan lagi, karena dalam ingatannya dia akan tersungkur bila mencoba. Di otaknya ada rantai. Kakinya bisa dengan mudah merdeka, tetapi jiwanya terantai.


*** Kita dibentuk oleh rantai2 kaki dalam hidup kita. Keyakinan orang2 sekeliling kita, adat istiadat kita, ajaran dan pendidikan kita, menjadi rantai pengatur hidup kita, dan kita tidak perduli lagi walau itu telah usang, dan tidak benar lagi pada saat ini.

Setiap manusia berada pada penjara pengalamannya sendiri. Ketakutan dan kekhawatiran dan pembatasan terjadi karena kita terbentuk oleh masa lalu kita. Kita telah ditakdirkan berada didalam penjara jiwa kita.

Yang tidak kita sadari adalah pintu penjara sebenarnya telah lama bisa dibuka, gemboknya sudah terbuang, tetapi kita tidak lagi pernah mencoba membuka pintu itu, dengan asumsi bahwa kita pasti tidak mampu membukanya karena dulu kita tidak pernah mampu membukanya. Kita salah, seperti juga sang gajah. Sudah waktunya kita keluar dari penjara kita. Sekarang.

TIKUS BERTENAGA HARIMAU

Alkisah ada seekor tikus yang mengadu kepada Tuhan. "ya Tuhan mengapa engkau jadikan aku tikus ? aku selalu dikejar-kejar kucing. Jadikanlah aku kucing yang paling kuat supaya aku tidak perlu takut lagi". Tuhan mendengar doanya dan segera "blar" tikus itu menjadi kucing besar yang kuat.

Setelah menjadi kucing, tikus ini merasa bangga dan dia menjadi kucing jagoan. Sampai akhirnya ketemu dengan anjing galak yang ditakutinya.

Tikus ini menghadap lagi pada Tuhan : "oh Tuhan ternyata kucing itu lemah sekali ... coba jadikanlah aku anjing yang paling besar supaya aku bisa aman hidup di dunia ini". Dan Tuhan baik untuk menjadikannya anjing yang paling kuat (rottweiler kali ya ...)

Maka si tikus yang jadi anjing sekarang paling jagoan di kampung itu ..... tapi waktu dia jalan-jalan ke hutan, dijumpainya harimau besar yang sangat mengerikan .... dia lari pontang-panting.
Dalam doanya si tikus berkata "sekali lagi Tuhan ... tolong saya, jadikan aku sebagai raja hutan. jadikan aku harimau supaya aku bisa mengalahkan semua binatang lain".

Tuhan menjawab : "Hai Tikus... selama hatimu tikus, sekalipun... badan jasmani kamu, status kamu, menjadi sebesar kucing, anjing, harimau atau apapun ....? keberanianmu tetaplah tikus. Lebih baik kamu berdoa supaya sekalipun badanmu tikus, tetapi hatimu sekokoh harimau.... sehingga sekalipun badanmu tikus, engkau tetap tidak akan ketakutan terhadap apapun".

Dalam kehidupan ini terkadang kita seperti tikus tidak pernah puas dengan apa yang kita miliki kita selalu ingin menjadi seperti orang lain, selalu iri dengan setiap kesuksesan dan keberhasilan orang lain sementara kita tidak pernah bercermin diri. kita ingin sama dan sukses seperti lainnya kita berdoa setiap hari, Tuhan berikan aku ini, berikan aku itu, tetapi daya juang kita hanyalah sebesar kekuatan tikus. setiap menghadapi masalah langsung mundur teratur... kita berharap yang luar biasa tetapi tetap melakukan hal yang biasa. "Mengharap hasil yang luar biasa dengan tetap melakukan hal biasa adalah suatu kegilaan" Pilihan ditangan kita.... Mau seperti tikus namun berhati seteguh harimau ? atau.... seperti harimau berhati tikus.

Senin, 19 Oktober 2009

SUPER HERO

WAGE RUDOLF SUPRATMAN (W.R. SUPRATMAN)

Wage Rudolf Supratman (lahir di Jatinegara, Batavia, 9 Maret 1903 – meninggal di Surabaya, Jawa Timur, 17 Agustus 1938 pada umur 35 tahun) adalah pengarang lagu kebangsaan Indonesia, "Indonesia Raya" dan pahlawan nasional Indonesia.

KEHIDUPAN PRIBADI
Ayahnya bernama Senen, sersan di Batalyon VIII. Saudara Soepratman berjumlah enam, laki satu, lainnya perempuan. Salah satunya bernama Roekijem. Pada tahun 1914, Soepratman ikut Roekijem ke Makassar. Di sana ia disekolahkan dan dibiayai oleh suami Roekijem yang bernama Willem van Eldik.

Soepratman lalu belajar bahasa Belanda di sekolah malam selama tiga tahun, kemudian melanjutkannya ke Normaalschool di Makassar sampai selesai. Ketika berumur 20 tahun, lalu dijadikan guru di Sekolah Angka 2. Dua tahun selanjutnya ia mendapat ijazah Klein Ambtenaar.

Beberapa waktu lamanya ia bekerja pada sebuah perusahaan dagang. Dari Makassar, ia pindah ke Bandung dan bekerja sebagai wartawan di harian Kaoem Moeda dan Kaoem Kita. Pekerjaan itu tetap dilakukannya sewaktu sudah tinggal di Jakarta. Dalam pada itu ia mulai tertarik kepada pergerakan nasional dan banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan. Rasa tidak senang terhadap penjajahan Belanda mulai tumbuh dan akhirnya dituangkan dalam buku Perawan Desa. Buku itu disita dan dilarang beredar oleh pemerintah Belanda.

Soepratman dipindahkan ke kota Sengkang. Di situ tidak lama lalu minta berhenti dan pulang ke Makassar lagi. Roekijem sendiri sangat gemar akan sandiwara dan musik. Banyak karangannya yang dipertunjukkan di mes militer. Selain itu Roekijem juga senang bermain biola, kegemarannya ini yang membuat Soepratman juga senang main musik dan membaca-baca buku musik.

W.R. Soepratman tidak beristri serta tidak pernah mengangkat anak.

INDONESIA RAYA
Sewaktu tinggal di Makassar, Soepratman memperoleh pelajaran musik dari kakak iparnya yaitu Willem van Eldik, sehingga pandai bermain biola dan kemudian bisa menggubah lagu. Ketika tinggal di Jakarta, pada suatu kali ia membaca sebuah karangan dalam majalah Timbul. Penulis karangan itu menantang ahli-ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan.

Soepratman tertantang, lalu mulai menggubah lagu. Pada tahun 1924 lahirlah lagu Indonesia Raya, pada waktu itu ia berada di Bandung dan pada usia 21 tahun.

Pada bulan Oktober 1928 di Jakarta dilangsungkan Kongres Pemuda II. Kongres itu melahirkan Sumpah Pemuda. Pada malam penutupan kongres, tanggal 28 Oktober 1928, Soepratman memperdengarkan lagu ciptaannya secara instrumental di depan peserta umum (secara intrumental dengan biola atas saran Soegondo berkaitan dengan kondisi dan situasi pada waktu itu, lihat Sugondo Djojopuspito). Pada saat itulah untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Semua yang hadir terpukau mendengarnya. Dengan cepat lagu itu terkenal di kalangan pergerakan nasional. Apabila partai-partai politik mengadakan kongres, maka lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan. Lagu itu merupakan perwujudan rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka.

Sesudah Indonesia merdeka, lagu Indonesia Raya dijadikan lagu kebangsaan, lambang persatuan bangsa. Tetapi, pencipta lagu itu, Wage Roedolf Soepratman, tidak sempat menikmati hidup dalam suasana kemerdekaan.

Akibat menciptakan lagu Indonesia Raya, ia selalu diburu oleh polisi Hindia Belanda, sampai jatuh sakit di Surabaya. Karena lagu ciptaannya yang terakhir "Matahari Terbit" pada awal Agustus 1938, ia ditangkap ketika menyiarkan lagu tersebut bersama pandu-pandu di NIROM Jalan Embong Malang, Surabaya dan ditahan di penjara Kalisosok, Surabaya. Ia meninggal pada tanggal 17 Agustus 1938 karena sakit.

KONTROVERSI TEMPAT & TANGGAL LAHIR
Hari kelahiran Soepratman, 9 Maret, oleh Megawati Soekarnoputri saat menjadi presiden RI, diresmikan sebagai Hari Musik Nasional. Namun tanggal kelahiran ini sebenarnya masih diperdebatkan, karena ada pendapat yang menyatakan Soepratman dilahirkan pada tanggal 19 Maret 1903 di Dukuh Trembelang, Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Pendapat ini – selain didukung keluarga Soepratman – dikuatkan keputusan Pengadilan Negeri Purworejo pada 29 Maret 2007.

(wikipedia)

KELEMAHAN ATAU KEKUATAN

Alkisah, di sebuah kota kecil di Jepang, terdapat seorang anak yg lengan kirinya buntung, tetapi ia sangat menyukai beladiri judo, dan sudah mengikuti latihan di sebuah dojo.

Selama berlatih, sang guru hanya mengajarkan satu jurus saja. Walaupun jurus itu termasuk sukar untuk dikuasai, anak ini merasa tak puas, karena ia melihat murid-murid lainnya mempelajari bermacam-macam teknik. Akhirnya setelah 6 bulan, ia tak kuasa lagi menahan kesabarannya. Lantas ia menemui sang guru; “Sensei, bolehkah aku bertanya? Mengapa selama 6 bulan ini aku hanya berlatih jurus ini saja”. Gurunya hanya menjawab singkat “Karena engkau murid yang istimewa dan hanya jurus ini yang engkau perlukan” Ia tak berani lagi bertanya dan memilih untuk berlatih dengan tekun. Semakin lama jurus itu semakin dikuasainya dan mendarah daging dalam dirinya. Tak ada seorangpun yang semahir dia dalam menggunakan jurus tsb.

Setahun kemudian, sang guru menyertakan dirinya dalam kejuaran nasional di ibukota. Walaupun merasa pesimis & minder, ia menuruti permintaan sang guru & mereka berangkat ke ibukota.

Kejuaraan dimulai. Di luar dugaannya, dengan mudah ia bisa menjatuhkan & mengunci lawan-lawannya. Babak demi babak ia lalui, sampai akhirnya ia harus menghadapi juara tahun lalu di babak Final. Walau memakan waktu cukup lama dan menguras tenaganya, lagi-lagi ia berhasil memenangkan pertandingan.

Dalam perjalanan pulang, sembari membahas & mengevaluasi pertarungannya, sang anak bertanya kembali “Sensei, saya heran, mengapa hanya bermodal satu jurus ini saja saya bisa memenangi pertandingan. Saya masih belum mengerti ucapan Sensei dulu, apa istimewanya saya dan mengapa hanya satu jurus ini?”

Sang Sensei tersenyum & berkata; “Muridku, cara bertarung setiap orang adalah unik, tergantung dari kekuatan & kelemahannya. Praktisi beladiri perlu mempelajari berbagai teknik & jurus sampai akhirnya ia menemukan kekuatan & kelemahannya dan akhirnya memilih teknik & jurus yang sesuai, yaitu teknik2 yg memanfaatkan kekuatanya dan menutupi kekurangan atau bahkan mengubahnya sebagai kekuatan”.

“Engkau istimewa, karena kekuranganmu sudah jelas. Sehingga tak perlu engkau menghabiskan waktu mempelajari berbagai jurus & teknik yang sudah pasti tidak engkau perlukan. Dan jurus itu paling cocok bagimu, karena selain jurus tersebut salah satu jurus tersulit dalam Judo, satu-satunya cara untuk menghadapinya adalah dengan mengunci lengan kirimu”.

Kadang orang mengira bahwa kekurangannya merupakan hukuman, kutukan dan menyesalinya. Padahal, di dunia ini banyak sekali terdapat kemungkinan dan tak mungkin semuanya diraih. Orang-orang yg memahami kekurangannya seharusnya bisa menyadari hal-hal yang mustahil ia lakukan dan tak membuang waktu percuma untuk mengejarnya. Dan orang-orang yang juara adalah orang-orang yang menggunakan semaksimal kekuatannya dan juga berhasil menggunakan kelemahannya juga sebagai kekuatan. Percayalah selalu akan rencana & rancanganNya.....

Sabtu, 10 Oktober 2009

Masjid - Masjid Penuh Mukjizat...





KeAgungan dan Kebesaran Illahi kembali terlihat di di ujung Banda. Tsunami menggulung Aceh, namun di setiap musibah ada suatu keajaiban dan mukjizat Alloh SWT. Salah satunya bangunan-bangunan mesjid yang masih tetap berdiri meski sekitarnya porak-poranda.

"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?" [QS. Al- Fushshilat]

1000 Hari Sebelum Meninggal

Innalillahi wa innalillahi rojiun, datang dari Alloh dan akan kembali kepadaNya, semoga kita selalu menjadi orang - orang yang selalu mengingatNya dan beruntung serta saling mengingatkan.

Tanda 100 Hari Sebelum Meninggal...

Ini adalah tanda pertama dari Allah SWT kepada hambanya dan hanya akan disadari oleh mereka yang dikehendakinya. Walau bagaimanapun semua orang Islam akan mendapat tanda ini cuma saja mereka sadar atau tidak.

Tanda ini akan berlaku lazimnya selepas waktu Asar. Seluruh tubuh iaitu dari hujung rambut sehingga ke hujung kaki akan mengalami getaran atau seakan-akan mengigil. Contohnya seperti daging lembu yang baru saja disembelih dimana jika diperhatikan dengan teliti, kita akan mendapati daging tersebut seakan-akan bergetar.

Tanda ini rasanya lezat dan bagi mereka yang sadar dan berdetik di hati bahwa mungkin ini adalah tanda mati, maka getaran ini akan berhenti dan hilang setelah kita sadar akan kehadiran tanda ini.

Bagi mereka yang tidak diberi kesadaran atau mereka yang hanyut dengan kenikmatan tanpa memikirkan soal kematian, tanda ini akan lenyap begitu saja tanpa sembarang manfaat.

Bagi yang sadar dengan kehadiran tanda ini maka ini adalah peluang terbaik untuk memanfaatkan masa yang ada untuk mempersiapkan diri dengan amalan dan urusan yang akan dibawa atau ditinggalkan sesudah mati.

"Tanda 40 hari sebelum hari mati"

Tanda ini juga akan berlaku sesudah waktu Asar. Bahagian pusat kita akan berdenyut- denyut. Pada ketika ini daun yang tertulis nama kita akan gugur dari pokok yang letaknya di atas Arash Allah SWT. Maka malaikat maut akan mengambil daun tersebut dan mulai membuat persediaannya ke atas kita, antaranya ialah ia akan mula mengikuti kita sepanjang masa. Akan terjadi malaikat maut ini akan memperlihatkan wajahnya sekilas lalu dan jika ini terjadi, mereka yang terpilih ini akan merasakan seakan- akan bingung seketika. Adapun malaikat maut ini wujudnya cuma seorang tetapi kuasanya untuk mencabut nyawa adalah bersamaan dengan jumlah nyawa yang akan dicabutnya.

"Tanda 7 hari"

Adapun tanda ini akan diberikan hanya kepada mereka yang diuji dengan musibah kesakitan di mana orang sakit yang tidak makan, secara tiba-tiba ia berselera untuk makan.

"Tanda 3 hari"

Pada ketika ini akan terasa denyutan di bahagian tengah dahi kita iaitu diantara dahi kanan dan kiri. Jika tanda ini dapat dikesan, maka berpuasalah kita selepas itu supaya perut kita tidak mengandungi banyak najis dan ini akan memudahkan urusan orang yang akan memandikan kita nanti. Ketika ini juga mata hitam kita tidak akan bersinar lagi dan bagi orang yang sakit hidungnya akan perlahan- lahan jatuh dan ini dapat dikesan jika kita melihatnya dari bahagian sisi. Telinganya akan layu dimana bagian ujungnya akan beransur-ansur masuk ke dalam. Telapak kakinya yang terlunjur akan perlahan- lahan jatuh ke depan dan sukar ditegakkan.

"Tanda 1 hari"

Akan berlaku sesudah waktu Asar di mana kita akan merasakan satu denyutan di sebelah belakang yaitu di kawasan ubun- ubun di mana ini menandakan kita tidak akan sempat untuk menemui waktu Asar keesokan harinya.

"Tanda akhir"

Akan terjadi keadaan di mana kita akan merasakan sejuk di bagian pusat dan rasa itu akan turun ke pinggang dan seterusnya akan naik ke bahagian halkum. Ketika ini hendaklah kita terus mengucap kalimah Syahadah dan berdiam diri dan menantikan kedatangan malaikat maut untuk menjemput kita kembali kepada Allah SWT yang telah menghidupkan kita dan sekarang akan mematikan pula.

Sesengguhnya mengingati mati itu adalah bijak...

Jumat, 09 Oktober 2009

Mukjizat Diantara Runtuhan Gempa Bumi Di Padang

Sejak awal Ratna Kurnia Sari (18) sudah bertekad untuk hidup. Meski dia sangat sadar bahwa kematian sudah sangat dekat dengan dirinya. Namun Sari bertekad menyenangkan kedua orangtuanya, karena itu itu dia tidak mau mati.

"Bahkan saya tidak pernah tidur. Saya takut kalau saya tertidur saya akan mati. Karena saya saat itu sudah merasa ada yang akan membawa. Makanya saya berusaha untuk terus terjaga," ujar Sari yang ditemui di Ruang Perawatan 1B Rumah Sakit Tentara Reksodiwiryo, Jalan Proklamasi, Jumat (2/10).

Sari bisa dibilang mendapatkan keajaiban. Dia menjadi satu korban selamat dari reruntuhan bangunan Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) Prayoga di Jalan Veteran, Padang. Selain dia, dosennya bernama Suci Revika Wulan Sari (25) juga selamat. Namun Sari berhasil dikeluarkan lebih dulu dari balik reruntuhan.

Sari berhasil dievakuasi petugas penyelamat sekitar pukul 11.30 WIB. Bersama Suci dan empat rekan satu kuliahnya, Sari terjebak di bawah tangga menuju ke lantai tiga Kampus STBA Prayoga. Sebelumnya, Sari yang tercatat sebagai mahasiswa Semester 3 Jurusan Sastra Inggris, sedang mengikuti perkuliahan Listening 3, di ruang kelas yang berada di Lantai III.

Ketika gempa mengguncang, satu kelas yang berisi 25 orang mahasiswa plus Suci yang menjadi dosen, langsung berhamburan menuju tangga turun. Sari sendiri bersama Suci dan empat rekannya, merupakan kelompok yang terakhir turun. Setibanya di lantai dua, tiba-tiba tangga beton yang barusan mereka lewati ambruk menimpa mereka.

"Waktu itu semuanya panik. Saya juga panik dan ingin cepat turun. Tapi karena semua berebut ingin duluan, kami akhirnya jadi kelompok yang terakhir turun," ujarnya menceritakan kembali situasi yang dialami saat gempa berlangsung.

Reruntuhan tangga beton itu langsung membuat mereka luka berat. Listrikpun tiba-tiba mati, sehingga ruangan menjadi gelap gulita. "Waktu itu saya tidak tahu apa teman-teman saya masih hidup atau tidak, karena gelap. Hanya saya bisa mendengar suara Ibu Suci merintih kesakitan ada di dekat saya," ujarnya.

Beton-beton itu menghimpit keras, karena mendapat tekanan berat dari lantai empat yang juga ikut runtuh. Sari sendiri merasakan kakinya terhimpit benda berat di bagian lutut ke bawah, sehingga tidak bisa digerakkan. Sedangkan di bagian pahanya, dia merasakan ada satu tubuh temannya yang terbaring tak bergerak.

"Saat itu saya tidak merasakan sakit. Yang ada hanya cemas dan rasa takut mati. Saat itu pula saya langsung bertekad tidak boleh mati. Saya harus hidup," tuturnya.

Sari berada di balik reruntuhan selama lebih kurang 42 jam. Selama itu pula, dia menguatkan diri untuk tetap hidup meski tidak ada makan dan minum. Sari mengaku tidak pernah putus harapan. Dia yakin akan ada tim penyelamat yang datang mengevakuasi mereka. Inilah yang membuatnya cukup berbesar hati dan yakin tidak akan mati.

"Rabu tengah malam itu saya mulai yakin kalau teman-teman saya yang lain meninggal, karena mereka tidak lagi ada yang bersuara, bahkan tidak lagi ada yang bergerak. Termasuk sosok yang terbaring di atas paha saya, tidak bergerak lagi dan terasa dingin. Hanya Ibu Suci yang kadang-kadang masih saya dengar ada gerakannya sedikit-sedikit, berarti Ibu Suci masih hidup," katanya.

Meski tidak ada makan dan minum, namun harapan Sari untuk hidup menjadi makin besar, ketika dia mendengar suara ketukan-ketukan pada reruntuhan bangunan yang menimpa mereka. Sari sadar bahwa ketukan itu berasal dari tim penyelamat yang berusaha menggali reruntuhan. Karena itu pula, dia berusaha untuk tetap menjaga matanya agar tidak tertidur.

"Sebenarnya saat itu saya ingin sekali tidur. Rasanya akan sangat nyaman kalau tertidur. Tapi saya tahu saya akan mati kalau sampai tertidur. Makanya saya juga selalu mengingatkan Ibu Suci agar tidak tertidur. Saya selalu bilang 'Bu, jangan tidur' atau dia saya panggil-panggil terus dalam jangka waktu tertentu supaya jangan sampai tertidur. Saya ingin selamat, dan saya juga tidak ingin Ibu Suci yang saya tahu masih hidup akhirnya mati seperti teman-teman saya," tuturnya.

Sari mengaku tidak pernah kehilangan semangat untuk tetap bertahan hidup, karena dia sadar tim penyelamat akan bekerja ekstra keras untuk mengeluarkan mereka dari balik reruntuhan. Dan harapan itu akhirnya menjadi kenyataan, ketika Jumat (2/10) pagi, sebuah lubang menganga di bagian atasnya yang dibuat tim penyelamat. Meski belum bisa dikeluarkan dari balik reruntuhan karena beton yang menghimpitnya sangat berat dan besar, namun sudah ada anggota TNI yang mengevakuasi yang bisa berkomunikasi dengannya melalui lubang tersebut.

"Waktu saya melihat cahaya masuk tanda ada lubang yang terbuka, saya langsung coba teriak minta tolong walau sudah tidak kuat lagi untuk berteriak. Tapi ternyata suara saya terdengar, karena saya kemudian mendengar ada orang yang berteriak 'ada yang masih hidup' di atas lubang," kenangnya.

Ketika lubang diperbesar, akhirnya tim penyelamat bisa berkomunikasi dengannya, walau belum bisa dikeluarkan dari balik himpitan semen beton. Seorang petugas penyelamat langsung menanyakan namanya. Setelah menyebutkan nama, Sari pun langsung minta air minum dan roti.

"Saya lapar dan haus sekali. Makanya begitu ada yang menemukan saya, langsung saja minta air sama roti," ujar Sari dengan wajah ceria, sambil terbaring di ranjang rumah sakit.

Setelah mengetahui indentitasnya, tim evakuasi langsung mengumumkan kepada warga yang berkerumun, dan meminta keluarganya datang ke lubang untuk berkomunikasi dengan Sari, orangtua laki-laki Sari langsung maju dan mendekati lubang. Saat itu, Sari kembali mengajukan permintaan roti dan air minum.

"Rasanya saya benar-benar dapat mukjizat karena ternyata Sari masih hidup di balik reruntuhan itu. Saya langsung minta keluarga yang lain mencarikan roti dan air minum. Karena Sari minta saya untuk tidak jauh-jauh darinya," ujar ayah Sari, Sofyan Virgo (62) yang ditemui saat menemani anaknya di RST Reksowidiryo Padang, Jumat (2/10) sore kemarin.

Sofyan yang tinggal di Jalan Kampung Nias III Nomor 4 C ini mengaku, sebenarnya saat itu dia sudah tidak berharap banyak anaknya itu akan selamat, mengingat reruntuhan bangunan yang kehancurannya begitu parah. "Saya sebenarnya sudah pasrah dan tidak berharap banyak. Lihat saja, bangunan empat lantai jadi satu, dan anak saya ada di dalamnya. Makanya ini benar-benar mukjizat," tuturnya dengan wajah berbinar bahagia.

Sementara Kiki (54), tante Sari yang juga ikut menemani di rumah sakit, menyebut Sari merupakan anak yang kuat dan selalu ceria. "Lihat saja, walau baru saja berhasil dievakuasi, ternyata dia masih tetap ceria, masih tetap cerewet dan banyak cerita," ujarnya tersenyum.

Bahkan Sari tetap ceria, ketika dokter yang merawatnya menyarankan untuk mengamputasi kaki kanannya yang cedera berat akibat terhimpit beton dalam waktu cukup lama. Kaki kananya di bagian betis terlihat sedikit menciut, dan belum bisa digerakkan.

Menurut Sofyan menirukan penuturan dokter yang merawat, darah di kaki Sari sudah membeku karena terlalu lama terhimpit, sehingga bisa mengakibatkan kondisi yang lebih buruk. Namun dokter juga mengatakan, opsi amputasi bisa dihindari jika keluarganya bisa mendapatkan obat pengencer darah, sehingga darah beku yang ada di kakinya bisa mencair dan darah kembali mengalir normal.

"Tidak mungkin dia diamputasi, apalagi dia anak perempuan. Bahkan kata dokter, bisa saja kedua kakinya yang diamputasi karena kondisi kedua kakinya tidak jauh berbeda. Makanya sekarang kami sedang berusaha mencari obat pengencer darah itu," ujar Sofyan.

Sari memang bisa dibilang sangat beruntung. Karena sampai sekitar pukul 18.00 WIB kemarin, Suci, dosennya yang sama-sama terkubur di balik reruntuhan baru bisa dikeluarkan dari balik reruntuhan, sama dengan Sari, Suci juga dilarikan ke RS Tentara Padang.

Hanya saja, petugas penyelamat berusaha menguatkan hatinya, dengan terus mengajaknya berkomunikasi. Bahkan anggota TNI sengaja membawa radio komunikasi (HT) ke balik reruntuhan, agar Suci bisa berkomunikasi dengan orangtua dan suaminya yang selalu setia menunggu di luar. Tim penyelamat sendiri memang memprioritaskan mengeluarkan Suci yang masih hidup, agar bisa segera mendapatkan perawatan medis. (Tribun Pekanbaru/nanang/hengki_Kompas.com)

Rp. 20.000,- dari Emak Nurdianah

Seorang ibu tua berusia diatas 70 tahun berjalan tertatih memasuki Posko Utama ACT di Jl. Adinegoro no. 31, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Minggu 4 Oktober 2009. Tangannya gemetar menggenggam sesuatu, "Ini posko kemanusiaan ya?" bibirnya ikut bergetar. Serempak beberapa relawan mendekatinya, "Benar mak, ada yang bisa kami bantu?" .

Sebuah pertanyaan standar, sebab kami mengira bahwa Ibu tua itu hendak meminta bantuan untuk korban gempa. Namun ternyata kami salah karena ia datang justru untuk memberi bantuan, "Emak mau kasih bantuan, tolong disampaikan kepada para korban gempa. Melihat kalian yang muda-muda ini bekerja, sebenarnya emak ingin menjadi relawan. Tapi emak sudah tua, emak nggak kuat lagi, sudah nggak kuat lagi," ujar Emak Nurdianah bersemangat.

Emak Nurdianah mengaku lahir tahun 1938, mendatangi posko ACT menitipkan uang dua puluh ribu rupiah untuk disalurkan kepada para korban gempa. Padahal ia sendiri pun salah satu korban gempa di Kota Padang yang mengguncang tanah Sumatera 30 September 2009 lalu. Lebih dari 600 orang menjadi korban jiwa, belum termasuk lima ratusan lainnya yang belum ditemukan hingga hari ke -6 pasca gempa, mereka tersebar di beberapa titik seperti Tandikek dan Sicincin. Sedangkan pengungsi mencapai ratusan ribu, tersebar di seluruh Sumatera Barat.

"Emak terharu melihat kalian, datang dari jauh untuk membantu tempat emak. Sebagai orang Minang, emak merasa harus pula membantu tanah emak sendiri, emak tidak mau kalah sama kalian. Dulu emak ini pejuang, angkat senjata. Sekarang emak sudah tidak sanggup bekerja berat. Emak cuma bisa titip ini," sambil menyerahkan uang digenggamannya kepada Romi, salah seorang relawan.

Ketika Romi hendak membuatkan tanda terima, Mak Nur menolak dengan halus, "Tak perlulah catatan macam itu, cukup Allah saja yang mencatatnya. Emak hanya minta doakan, tahun ini emak naik haji agar dilancarkan sampai kembali lagi ke sini ya." sebuah permintaan sederhana yang sudah pasti semua relawan yang ada di Posko saat itu serempak mendoakan, "semoga dilancarkan mak, insya Allah mabrur" Boleh jadi haji Mak Nur sudah diterima Allah bahkan sebelum ia bertamu ke rumah Allah nanti.

"Sekali lagi terima kasih, kalian anak-anak muda, jaga kesehatan ya biar lebih lama di tanah kelahiran emak, biar lebih banyak orang yang bisa dibantu." Emak Nur pun pamit pergi meninggalkan posko sambil memeluk satu persatu relawan yang ada di posko, beberapa relawan perempuan pun tak luput mendapat ciuman hangat bak seorang ibu yang tengah mengalirkan energi cinta kepada anak-anaknya. Jelas pelukan hangat Mak Nur memberi energi lebih kepada para relawan untuk menjalankan misi kemanusiaan tanpa kenal lelah. Semakin kami sadar bahwa di belakang kami terdapat orang-orang yang terus menopang segala pengorbanan di lokasi bencana.

Dua puluh ribu rupiah yang dititikan Mak Nur rasanya sangat bernilai tinggi bagi kami yang diamanahkan untuk meneruskannya kepada para korban gempa. Sebuah kehormatan bagi segenap relawan ACT yang mendapat amanah bernilai luhur dari seorang Mak Nur. Sungguh, titipan dari sejuta Mak Nur di belahan bumi pertiwi yang tak dapat kami berjumpa satu persatu merupakan amanah tertinggi yang wajib kami panggul secara terhormat di pundak ini. Terima kasih Mak Nur, dua puluh ribu rupiah milik Mak Nur menambah semangat kami. (actforhumanity.or.id)

AWASSS...!!! ADA BOM WAKTU di DUSUN JANGANASEM

Sidoarjo, 7 Juni 2009
Semburan lumpur Lapindo yang sudah berlangsung selama tiga tahun tanpa pemulihan kondisi korban seakan tidak membuat jera pemerintah maupun perusahaan Migas. Tidak jauh dari wilayah semburan dan desa-desa yang ditenggelamkan telah dilakukan pemasangan jaringan pipa distribusi gas yang dilakukan oleh PT. PGN.

Dusun Janganasem desa Trompoasri yang terletak di kecamatan Jabon, Sidoarjo, kini menerima giliran pemasangan. Tanpa bisa menunjukkan surat ijin dan persetujuan dari warga yang dilintasi jaringan pipa, pihak perusahaan telah melakukan pemasangan sejak bulan Februari 2009. Tidak hanya itu, beberapa bulan sebelumnya, Agustus 2008, mobilisasi pipa ternyata sudah dilakukan.

Jalan utama dusun Janganasem yang dipasang jaringan pipa gas dibagian tengahnya, digunakan sekurangnya 3.000 jiwa warga dusun ini. Minimal 800 jiwa yang terdiri dari 400 anak-anak dan 400 orang dewasa, akan selalu berada dalam resiko besar setiap saat. Jalan yang sama setidaknya juga dilewati ribuan warga dari 10 warga desa lain. Sungguh tidak terbayangkan jumlah warga akan hidup dalam resiko besar ledakan pipa gas yang tidak dapat diketahui hingga kapan.

Kejadian ledakan pipa gas 22 November 2006 akibat pergerakan tanah di wilayah semburan merupakan hal yang paling ditakutkan oleh warga. Pemasangan yang kini masih terus berlanjut meski warga sudah meminta penghentian tidak menyurutkan langkah perusahaan. Pada 4 Juni 2009, Militer dan Polri dalam jumlah berlipat dari jumlah warga yang berupaya menghentikan proyek pemasangan, sangat nampak tidak bisa berbuat banyak untuk melindungi warga.

‘Saat kami minta perusahaan menunjukkan ijin, mereka tidak bisa melakukannya’ , ujar Fadholy. Ia juga menambahkan bahwa segala upaya telah dilakukan oleh warga untuk bisa terhindar dari resiko keberadaan gas yang hanya berjarak 2 meter dari rumah mereka. ‘Kami meminta jalur distribusi ini dipindahkan dari jalan utama dan tidak di wilayah permukiman’, kata Fadholy warga Janganasem ini menegaskan.

Pada tanggal 29 April 2009, Bupati Sidoarjo pernah menyampaikan bahwa sebelum ditandatangani ijin dan disetujuinya proyek ini, masalah dengan warga seharusnya sudah diselesaikan. Namun, inilah praktek pembangunan di negeri ini, proyek berjalan meski warga menolaknya.

Selain resiko besar yang menjadi ketakutan warga dusun Janganasem, saat ini pelaksanaan proyek sudah sangat mengganggu warga yang biasanya menggunakan jalan di dusun Janganasem karena peralatan dan pengerjaan proyek yang hampir menutup seluruh jalan. Beberapa saluran irigasi sudetan untuk sawah juga terganggu akibat pemasangan pipa ini. Berpuluh hektar sawah yang bergantung dengan jaringan irigasi dipastikan tidak akan mendapatkan debit air seperti semula.

WALHI yang menurut kesaksian warga saat berdialog dengan pimpinan lapangan proyek di polsek Jabon pernah dicatut namanya telah memberikan rekomendasi telah dibantah oleh Direktur Eksekutif WALHI Jawa Timur saat menemui warga pada bulan Mei 2009. ‘Tidak benar itu, WALHI tidak pernah memberikan rekomendasi proyek-proyek apapun, apalagi ini proyek migas yang selalu tidak menempatkan keselamatan dan kesejahteraan warga sebagai bagian penting usahanya’, tegas BC Nusantara.

Ia juga menegaskan, ‘Bupati harus bisa tegas untuk melindungi dan menyelamatkan warganya, tidak benar kalau warga dibiarkan sendiri menghadapi tekanan besar dari perusahaan’. Kejadian semburan lumpur lapindo yang hanya berjarak beberapa desa semakin meluas dampaknya kepada warga Janganasem. Meski tidak secara langsung, namun jaringan distribusi gas merupakan proyek yang sama mengenai eksploitasi gas di perut bumi Sidoarjo.

Puluhan warga Dusun Janganasem berencana mengadukan masalahnya kepada wakil rakyat di gedung DPRD Sidoarjo pada Senin, 8 Juni 2009. ‘Semoga di masa akhir tugas anggota dewan, mereka bisa benar-benar menunjukkan bakti dengan membela keselamatan kami,’ ujar Fadholy penuh harap. (sumber : http://www.walhi.or.id/)

Kamis, 08 Oktober 2009

BUNG TOMO (SUTOMO)

Bung Tomo Saat Berorasi
Sutomo (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 3 Oktober 1920 – meninggal di Padang Arafah, Arab Saudi, 7 Oktober 1981 pada umur 61 tahun) lebih dikenal dengan sapaan akrab oleh rakyat sebagai Bung Tomo, adalah pahlawan yang terkenal karena peranannya dalam membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda melalui tentara NICA, yang berakhir dengan pertempuran 10 November 1945 yang hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Sutomo dilahirkan di Kampung Blauran, di pusat kota Surabaya. Ayahnya bernama Kartawan Tjiptowidjojo, seorang kepala keluarga dari kelas menengah. Ia pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan, sebagai staf pribadi di sebuah perusahaan swasta, sebagai asisten di kantor pajak pemerintah, dan pegawai kecil di perusahan ekspor-impor Belanda. Ia mengaku mempunyai pertalian darah dengan beberapa pendamping dekat Pangeran Diponegoro yang dikebumikan di Malang. Ibunya berdarah campuran Jawa Tengah, Sunda, dan Madura. Ayahnya adalah seorang serba bisa. Ia pernah bekerja sebagai polisi di kotapraja, dan pernah pula menjadi anggota Sarekat Islam, sebelum ia pindah ke Surabaya dan menjadi distributor lokal untuk perusahaan mesin jahit Singer.

MASA MUDA
Sutomo dibesarkan di rumah yang sangat menghargai pendidikan. Ia berbicara dengan terus terang dan penuh semangat. Ia suka bekerja keras untuk memperbaiki keadaan. Pada usia 12 tahun, ketika ia terpaksa meninggalkan pendidikannya di MULO, Sutomo melakukan berbagai pekerjaan kecil-kecilan untuk mengatasi dampak depresi yang melanda dunia saat itu. Belakangan ia menyelesaikan pendidikan HBS-nya lewat korespondensi, namun tidak pernah resmi lulus.

Sutomo kemudian bergabung dengan KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Belakangan Sutomo menegaskan bahwa filsafat kepanduan, ditambah dengan kesadaran nasionalis yang diperolehnya dari kelompok ini dan dari kakeknya, merupakan pengganti yang baik untuk pendidikan formalnya. Pada usia 17 tahun, ia menjadi terkenal ketika berhasil menjadi orang kedua di Hindia Belanda yang mencapai peringkat Pandu Garuda. Sebelum pendudukan Jepang pada 1942, peringkat ini hanya dicapai oleh tiga orang Indonesia.

PEMIMPIN PERJUANGAN PERTEMPURAN SURABAYA 10 NOVEMBER 1945
Sutomo pernah menjadi seorang jurnalis yang sukses. Kemudian ia bergabung dengan sejumlah kelompok politik dan sosial. Ketika ia terpilih pada 1944 untuk menjadi anggota Gerakan Rakyat Baru yang disponsori Jepang, hampir tak seorang pun yang mengenal dia. Namun semua ini mempersiapkan Sutomo untuk peranannya yang sangat penting, ketika pada Oktober dan November 1945, ia menjadi salah satu Pemimpin yang menggerakkan dan membangkitkan semangat rakyat Surabaya, yang pada waktu itu Surabaya diserang habis-habisan oleh tentara-tentara NICA. Sutomo terutama sekali dikenang karena seruan-seruan pembukaannya di dalam siaran-siaran radionya yang penuh dengan emosi.

Meskipun Indonesia kalah dalam Pertempuran 10 November itu, kejadian ini tetap dicatat sebagai salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah Kemerdekaan Indonesia.

SETELAH KEMERDEKAAN
Setelah kemerdekaan Indonesia, Sutomo sempat terjun dalam dunia politik pada tahun 1950-an, namun ia tidak merasa bahagia dan kemudian menghilang dari panggung politik. Pada akhir masa pemerintahan Soekarno dan awal pemerintahan Suharto yang mula-mula didukungnya, Sutomo kembali muncul sebagai tokoh nasional.

Padahal, berbagai jabatan kenegaraan penting pernah disandang Bung Tomo. Ia pernah menjabat Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran sekaligus Menteri Sosial Ad Interim pada 1955-1956 di era Kabinet Perdana Menteri Burhanuddin Harahap. Bung Tomo juga tercatat sebagai anggota DPR pada 1956-1959 yang mewakili Partai Rakyat Indonesia.

Namun pada awal 1970-an, ia kembali berbeda pendapat dengan pemerintahan Orde Baru. Ia berbicara dengan keras terhadap program-program Suharto sehingga pada 11 April 1978 ia ditahan oleh pemerintah Indonesia yang tampaknya khawatir akan kritik-kritiknya yang keras. Baru setahun kemudian ia dilepaskan oleh Suharto. Meskipun semangatnya tidak hancur di dalam penjara, Sutomo tampaknya tidak lagi berminat untuk bersikap vokal.

Ia masih tetap berminat terhadap masalah-masalah politik, namun ia tidak pernah mengangkat-angkat peranannya di dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Ia sangat dekat dengan keluarga dan anak-anaknya, dan ia berusaha keras agar kelima anaknya berhasil dalam pendidikannya.

Sutomo sangat bersungguh-sungguh dalam kehidupan imannya, namun tidak menganggap dirinya sebagai seorang Muslim saleh, ataupun calon pembaharu dalam agama. Pada 7 Oktober 1981 ia meninggal dunia di Padang Arafah, ketika sedang menunaikan ibadah haji. Berbeda dengan tradisi untuk memakamkan para jemaah haji yang meninggal dalam ziarah ke tanah suci, jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke tanah air dan dimakamkan bukan di sebuah Taman Makam Pahlawan, melainkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya.

GELAR PAHLAWAN NASIONAL
Setelah pemerintah didesak oleh Gerakan Pemuda (GP) Ansor dan Fraksi Partai Golkar (FPG) agar memberikan gelar pahlawan kepada Bung Tomo pada 9 November 2007. Akhirnya gelar pahlawan nasional diberikan ke Bung Tomo bertepatan pada peringatan Hari Pahlawan tanggal 10 November 2008. Keputusan ini disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Kabinet Indonesia Bersatu, Muhammad Nuh pada tanggal 2 November 2008 di Jakarta.

KONTROVERSI
Pada tahun 1950-an di Surabaya, Bung Tomo berusaha sebagai penolong tukang becak pertama yakni dengan mendirikan pabrik sabun melalui uang iuran tukang becak untuk pendirian pabrik sabun. pabrik tersebut didirikan oleh dan untuk tukang becak akan tetapi kelanjutan ide pendirian pabrik sabun berhasil nihil dan tanpa adanya pertanggungan-jawaban keuangan.
(wikipedia)

KI HAJAR DEWANTARA (SUWARDI SURYANINGRAT)


Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi Suryaningrat, sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, EYD: Ki Hajar Dewantara, beberapa menuliskan bunyi bahasa Jawanya dengan Ki Hajar Dewantoro; lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun; selanjutnya disingkat sebagai "Soewardi" atau "KHD") adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.

Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia. Namanya diabadikan sebagai salah sebuah nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah tahun emisi 1998.

Ia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh Presiden RI, Soekarno, pada 28 November 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959).

 MASA MUDA DAN AWAL KARIR
Soewardi berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta. Ia menamatkan pendidikan dasar di ELS (Sekolah Dasar Eropa/Belanda). Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar, antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya komunikatif dan tajam dengan semangat antikolonial.

AKTIFITAS PERGERAKAN
Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Sejak berdirinya Boedi Oetomo (BO) tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda untuk menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia (terutama Jawa) pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kongres pertama BO di Yogyakarta juga diorganisasi olehnya.

Soewardi muda juga menjadi anggota organisasi Insulinde, suatu organisasi multietnik yang didominasi kaum Indo yang memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda, atas pengaruh Ernest Douwes Dekker (DD). Ketika kemudian DD mendirikan Indische Partij, Soewardi diajaknya pula.

AlS IK EENS NEDERLANDER WAS (Jika Saya Seorang Belanda)
Sewaktu pemerintah Hindia Belanda berniat mengumpulkan sumbangan dari warga, termasuk pribumi, untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari Perancis pada tahun 1913, timbul reaksi kritis dari kalangan nasionalis, termasuk Soewardi. Ia kemudian menulis "Een voor Allen maar Ook Allen voor Een" atau "Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga". Namun kolom KHD yang paling terkenal adalah "Seandainya Aku Seorang Belanda" (judul asli: "Als ik eens Nederlander was"), dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan DD, tahun 1913. Isi artikel ini terasa pedas sekali di kalangan pejabat Hindia Belanda. Kutipan tulisan tersebut antara lain sebagai berikut.
"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya".
Beberapa pejabat Belanda menyangsikan tulisan ini asli dibuat oleh Soewardi sendiri karena gaya bahasanya yang berbeda dari tulisan-tulisannya sebelum ini. Kalaupun benar ia yang menulis, mereka menganggap DD berperan dalam memanas-manasi Soewardi untuk menulis dengan gaya demikian.

Akibat tulisan ini ia ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg dan akan diasingkan ke Pulau Bangka (atas permintaan sendiri). Namun demikian kedua rekannya, DD dan Tjipto Mangoenkoesoemo, memprotes dan akhirnya mereka bertiga diasingkan ke Belanda (1913). Ketiga tokoh ini dikenal sebagai "Tiga Serangkai". Soewardi kala itu baru berusia 24 tahun.

DALAM PENGASINGAN
Dalam pengasingan di Belanda, Soewardi aktif dalam organisasi para pelajar asal Indonesia, Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia).

Di sinilah ia kemudian merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akte, suatu ijazah pendidikan yang bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yang didirikannya. Dalam studinya ini Soewardi terpikat pada ide-ide sejumlah tokoh pendidikan Barat, seperti Froebel dan Montessori, serta pergerakan pendidikan India, Santiniketan, oleh keluarga Tagore. Pengaruh-pengaruh inilah yang mendasarinya dalam mengembangkan sistem pendidikannya sendiri.

TAMAN SISWA
Soewardi kembali ke Indonesia pada bulan September 1919. Segera kemudian ia bergabung dalam sekolah binaan saudaranya. Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922: Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa. Saat ia genap berusia 40 tahun menurut hitungan penanggalan Jawa, ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. Ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun jiwa.

Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia. Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. ("di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan"). Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia, terlebih di sekolah-sekolah Perguruan Tamansiswa.

PENGABDIAN PADA MASA INDONESIA MERDEKA
Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, KHD diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia (posnya disebut sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan) yang pertama. Pada tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari universitas tertua Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan umum, ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya dijadikan Hari Pendidikan Nasional (Surat Keputusan Presiden RI no. 305 tahun 1959, tanggal 28 November 1959).

Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 26 April 1959.
(wikipedia)

Selasa, 06 Oktober 2009

NYEBUT

Suatu hari, mang Usep, si penjual sayur keliling yang masih muda belia, ditabrak mobil. Si penabrak langsung ngacir meninggalkan si korban yang tergeletak di sisi jalan dan orang-orang sekitar yang memaki-maki.

Orang2 segera berkerumun menolong mang Usep, tukang sayur kesayangan mereka. Kondisi mang Usep sangat parah. Darah meleleh di sekujur tubuhnya. Nampaknya ajal sudah dekat.
Seorang ibu, tidak tega melihat keadaannya.
Beliau mendekat lalu berkata, "Nyebut....Sep.... Nyebut....!"
Maksudnya agar mang Usep mengingat nama-Nya di saat2 terakhir.
Mang Usep, dengan kekuatan terakhirnya berusaha menggerakkan bibirnya. Dia lalu berkata dengan nyaring, "SAYUUUUUURRR........."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
ANAK YANG PINTAR
Ada seorang Aceh dari kabupaten Pidie, menulis surat ke anaknya yang ada dipenjara Nusa Kambangan karena dituduh terlibat GAM (Gerakan Aceh Merdeka).

Bunyinya: "Hasan, bapakmu ini sudah tua, sekarang sedang musim tanam jagung, dan kamu ditahan di penjara pula, siapa yang mau bantu bapak mencangkul kebun jagung ini?"

Eh, anaknya membalas surat itu beberapa minggu kemudian.

"Demi Tuhan, jangan cangkul itu kebun, saya tanam senjata di sana," kata si anak dalam surat itu.

Rupanya surat itu disensor pihak rumah tahanan, maka keesokan harinya setelah si bapak terima surat, datang satu peleton tentara dari kota Medan. Tanpa banyak bicara mereka segera ke kebun jagung dan sibuk seharian mencangkul tanah di kebun tersebut. Setelah mereka pergi, kembali si bapak tulis surat ke anaknya.

"Hasan, setelah bapak terima suratmu, datang satu peleton tentara mencari senjata di kebun jagung kita, namun tanpa hasil. Apa yang harus bapak lakukan sekarang?"

Si anak kembali membalas surat tersebut,

"Sekarang bapak mulai tanam jagung aja, kan udah dicangkul sama tentara, dan jangan lupa ngucapin terima kasih sama mereka."

Pihak rumah tahanan yang menyensor surat ini langsung pingsan.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

NIKAH
Suzy menyampaikan hasrat hatinya kepada bapanya untuk menikah dengan Robert, Jejaka pilihannya yang juga adalah tetangga dan teman sepermainannya sejak kecil.

Suzy: "Ayah, Robert melamar saya. Kami mau nikah".

Ayah: "Apa? Tidak boleh! Kamu boleh menikah dengan siapa saja kecuali Robert".

Suzy: "Tapi mengapa?"

Ayah: "(Separuh berbisik) Karena Robert sebenarnya adalah abangmu. Tapi, jangan beritahu ibumu ya!"

Terkejut dengan jawaban itu, Suzy pergi kepada ibunya.

Suzy: "Ibu, Ayah melarang saya menikah dengan Robert".

Ibu: "Tak usah dengar kata ayah kamu itu. Kamu boleh nikah dengan siapa yang kamu suka termasuk Robert".

Suzi: "Tapi kata ayah, Robert itu abang saya. kakak beradik kan tak boleh nikah".

Ibu: "(Separuh berbisik) Hmmm.... Ayah kamu pun tak tahu kamu bukan anaknya".

Suzy: "Haaaaaa!!??!!"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

NENEK ANI
Nenek Ani dirawat di rumah sakit. Menurut dokter, asmanya sudah semakin parah hingga perlu dipasang saluran oksigen. Sudah beberapa hari dia tidak bicara dan seperti orang koma. Dikira sudah menjelang ajal, anaknya memanggilkan Pak Mudhin (tukang do'a) agar di doakan. Sedang asyik Pak Mudhin berdoa, tiba-tiba muka nenek Ani berubah membiru seolah-olah tidak bernafas. Tangannya menggigil. Dengan menggunakan bahasa isyarat nenek Ani minta diambilkan kertas dan alat tulis. Sisa-sisa tenaga yang ada digunakan oleh nenek Ani untuk menulis sesuatu dan memberi kertas tersebut kepada Pak Mudhin.
Sambil terus berdoa Pak Mudhin langsung menyimpan kertas tersebut tanpa membacanya kerana pikirnya dia tidak sanggup membaca surat wasiat tersebut didepan Ani. Tak lama kemudian nenek Ani meninggal dunia. Pada hari ketujuh meninggalnya nenek Ani, Pak Mudhin diundang untuk datang kerumah Ani.
Selesai memimpin do'a, Pak Mudhin berbicara, "Saudara-saudara sekalian, ini ada surat wasiat dari almarhum nenek Ani yang belum sempat saya sampaikan, yang pasti nasehat untuk anak cucunya semua. Mari kita sama-sama membaca suratnya".
Pak Mudhin membaca surat tersebut, yang ternyata berbunyi :
"Mudhin jangan berdiri di situ...! Jangan injak selang oksigen aku..!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

BARANG SELUNDUPAN
Seorang Palestina bernama Mahmud hendak melintasi pos perbatasan Israel - Palestina. Dia bersepeda dan membawa dua tas besar di pundaknya.
Tentara Israel segera memerintahkan dia berhenti,
"Pinggirkan sepedamu itu. Saya ingin bertanya, apa isi kedua tas itu?"
"Pasir," jawab Mahmud.
Tentara Israel tidak percaya begitu saja. Mereka membongkar kedua tas itu dan benar mereka menemukan pasir didalamnya. Akhirnya mereka melepaskan Mahmud dan membiarkan dia melintasi perbatasan menuju wilayah Israel.
Keesokan harinya, kejadian yang sama berulang kembali. Tentara Israel menghentikan Mahmud dan bertanya,
"Apa yang kamu bawa?"
Mahmud menjawab, "Pasir."
Tentara-tentara itu memeriksa dengan teliti kedua tas itu dan tetap menemukan benda yang sama, pasir.
Kejadian yang sama berulang kali terjadi hingga tiga tahun lamanya. Akhirnya, Mahmud tidak muncul lagi dan tentara Israel itu menjumpainya sedang bersantai ria di luar kota Yerikho.
"Hei, kamu yang suka bawa pasir," tegur tentara Israel itu.
"Saya menduga kamu selama ini membohongi kami saat melintas perbatasan. Tapi saya selalu menemukan pasir di dalam tasmu. Selama tiga tahun, saya sepertinya menjadi gila, tidak bisa makan atau tidur memikirkan apa yang kamu selundupkan. Baiklah, ini di antara kita berdua saja! Saya mau tanya, apa sih yang kamu selundupkan tiap hari selama tiga tahun ini?"
Mahmud menjawab dengan kalem, "SEPEDA!"

NYONTEK

Pada suatu hari, ayah si Tono dipanggil menghadap Kepala Sekolah karena Tono sering melihat pekerjaan temannya (alias nyontek) pada saat ulangan.

Ayah Tono: "Apa buktinya kalau anak saya nyontek...?"
Kepsek: "Salah satu buktinya, ya ini, pada waktu ujian sejarah. Pertanyaan no. 1 : Siapa pengarang buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang'? Kedua-duanya menjawab RA. KARTINI".

Ayah Tono: "Lha, jawaban kan bisa saja sama karena si Tono kan juga belajar sebelum ulangan".

Kepsek: "Ya, bisa saja sama. Tapi coba dong Bapak lihat Pertanyaan ke 2 : Dimana R.A. Kartini dilahirkan? Kedua-duanya menjawab, DI JEPARA".
Ayah Tono: "Ah, itu sih kebetulan. Bapak tidak cukup bukti untuk menyatakan anak saya nyontek. Bisa saja malah si Andi yang nyontek pekerjaan anak saya".
Kepsek: "Bapak betul, bisa saja itu kebetulan. Tapi coba dong bapak lihat Pertanyaan ke 3 : Tahun berapa terjadi Perang Diponegoro? Andi jawab: Gua enggak tahu, Si Tono jawab: Apalagi gua".

Ayah Tono: !!!!!......?????
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

GALI SUMUR
Dadang seorang sunda asli bekerja di tempat haji Nasir seorang pemuka Betawi. kebetulan saat itu adalah musim kemarau yang panjang. Sumur haji Nasir sudah kering kerontang, mau tidak mau si Dadang wajib menggali untuk mendapatkan air bersih. waktu makan siang sudah tiba.
" Dang, makan dulu terus sholat dhuhur..!!!" kata haji Nasir
" Tarrrajeeee Pak Hajiiiii...." katanya.
Haji Nasir pergi untuk makan dan sholat. setengah jam lagi dia datang ke sumur yang baru di gali.
" Makan dulu Dang.....!!!" katanya
" Taaaarrraaajeee Pak Haji" seru Dadang
Haji nasir heran dan bergumam,
"Kuat banget nih anak, nggaak rugi gue memperkerjakan die.."
Satu jam kemudian pak haji menengok kerjaan Dadang, dan berkata hal yang sama. jawaban Dadang demikian juga.
Bedug ashar udah kedengaran, Si Dadang belum juga keluar dari sumur.
" Dang udah hampir Ashar nih...!!!" Seru Pak Haji.
TAk kedengaran suaranya sekarang. Haji Nasir melongok ke lubang. DADANG PINGSAN..............
Buru-buru diangkat si Dadang dengan bantuan warga kampung situ. setelah sabar dengan wajah dongkol dadang marah-marah ke haji Nasir.
" Pak Haji Pengin Mbunuh saya yaa.. ????"
" LAh Lu gimana sih di minta makan Ntar aje... Ntar aje ...."
" Bukan ntaar aje pak Haji... Taraje (tangga dalam bahasa Sunda) " jawab Dadang dongkol............
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

HARI JUM'AT

Sepasang pengantin baru mengalami gangguan kesehatan. Setelah diperiksa dengan teliti, dokter menyimpulkan hal itu disebabkan frekuensi hubungan seks yang terlalu tinggi buat mereka.
Dokter :"Sebaiknya untuk sementara kalian batasi dulu kegiatan seks kalian, tiga kali saja seminggu, apalagi sebentar lagi memasuki bulan puasa. Untuk memudahkan mengingat, saya sarankan untuk melakukan hubungan intim hanya pada hari yang berawalan dengan S, yaitu Senin, Selasa dan Sabtu."
Tapi yang namanya pengantin baru, sang suami rupanya tidak kuat juga menahan gejolak nafsunya. Sehingga pada malam ketiga puasa si suami mendekati istrinya yang sudah tidur. Kemudian ia mencumbu istrinya sampai terbangun.
Istri : "Iiih Mas gimana sih, kan udah dibilangin sama dokter, Mas inget ngga ini hari apa?" tanya si istri.
Dengan singkat si suami menjawab : "Sum-at."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

SKANDAL SEORANG DOKTER
Seorang lelaki yang kebetulan seorang dokter muda, merasa sangat tidak enak dengan apa yang telah terjadi.
Ia pulang ke rumah dengan wajah suntuk. Setibanya di rumah, ia merebahkan diri di ranjang dan pikirannya kacau. Lalu ia mendengar suara dalam kepalanya berkata,
"Sudahlah, nggak usah terlalu dipikirkan. Skandal dokter berhubungan intim dengan pasiennya terjadi di mana-mana. Jadi kamu nggak usah kuatir."
Lelaki tersebut mencoba untuk setuju, tapi apa yang telah terjadi pagi itu terbayang kembali dan perasaan tidak enak muncul lagi. Ia membalikkan badan dan mendengar lagi suara dalam kepalanya,
"Nggak usah kuatir, orang sudah mulai terbiasa dengan skandal hubungan seksual antara dokter dan pasiennya." Lelaki itu mulai rileks dan perasaannya berangsur-angsur membaik................
Ketika tiba-tiba suara lain dalam kepalanya berkata, "Tapi masalahnya kamu kan DOKTER HEWAN..."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
SAMA UMUR
Sudah lama Budi naksir cewek yang tinggal dikampung sebelah. Ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Cewek itu menerima cinta Budi dengan sepenuh hati, meski "proklamasi cinta" Budi dilakukan di gang sempit pinggir selokan. Sayang, kisah-kasih di selokan itu tidak berjalan mulus.
Orang tua si gadis keberatan karena Budi belum bekerja. Namun keduanya pantang menyerah. Bahkan, setelah beberapa bulan menjalin kasih, Budi memberanikan diri melamar. Ia menemui ayah si gadis.
"Pak, kami sudah saling cinta, maka kami akan menikah. Kapan saya boleh menikahi anak bapak?" kata Budi.
Ayah si gadis jelas menolak. Namun untuk berkata terus terang, ia tidak sampai hati. "Begini Nak Budi. Bukan saya keberatan, tapi tunggulah saat yang tepat. Saat ini umur anak saya 20 tahun, umur Nak Budi 24 tahun. Jadi, tunggulah sampai umur kalian sama", kata si bapak.
Kontan saja si Budi langsung Pingsan...

FULLY ILUSTRATED


GENIUS-MINDSET-MIND-MAP


CREATIVE UNITY

THE COMMUNITY


Senin, 05 Oktober 2009

FOTO GEMPA PADANG 30 September 2009

Pusat Titik Gempa

Hotel AMBACANG sebelum & setelah Gempa





Kami akan terus berusaha mengup-date foto2 terbaru dari berbagai sumber sebagai informasi semata (bersambung...)

RANAH MINANG BERDUKA

Indonesia mendapatkan cobaan yang bertubi-tubi, setelah gempa tektonik 7,3 SR (pk.14.55) yang meluluh lantakkan wilayah kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, satu lagi gempa serupa yang lebih dahsyat menggoyang Ranah Minang yang terkenal dengan pemandangan eksotis dan menawan. Perkiraan sementara gempa yang lebih dahsyat dari gempa Tasikmalaya ini sudah menelan korban jiwa mencapai 788(check lagi sumber terbaru) jiwa lebih dan diperkirakan 450 orang belum diketemukan, dipotensikan akan menambah korban jiwa.

Gempa yang berkekuatan 7,6 SR ini begitu dahsyat hingga dapat dirasakan oleh beberapa titik wilayah negara sahabat (Malaysia dan Singapura). Sampai saat ini sejumlah negara sudah memberikan bantuan kemanusiaan berupa tenaga medis dan sukarelawan untuk membantu mengevakuasi korban-korban bersama tenaga-tenaga medis lokal.
Kita semua patut menundukkan kepala, merasakan duka terhadap semua korban. Mereka semua adalah saudara kita, berikanlah yang terbaik bagi mereka agar semua duka lebih ringan untuk di emban....
RENUNGAN....
Sudah sepantasnyalah kita merenung diri, alam semakin tua... Bagaimana cara kita menghormati alam dengan tingkah laku kita sehari-hari. Alam adalah 100% ciptaan Tuhan YME. Segeralah kita berserah diri kepada sang pencipta bagaimana kita menyikapi alam yang semakin tua tersebut. Semoga dengan bencana ini kita semakin ingat dan semakin bijak dalam menghadapi cobaan.... tundukkan kepala dalam-dalam... RENUNGKANLAH.....!!! (Cobaankah ini.... Tegurankah ini... Azabkah ini....). Jangan menjawab dengan saling menyalahkan satu sama lain... tanyakanlah pada diri sendiri karena itu yang terdekat dengan raga kita... Semua itu RahasiaNYA... Harus bagaimankah kita terhadapNYA.....

Jumat, 02 Oktober 2009

Tjoet Nja' Dhien (atau Cut Nyak Dhien)

Cut Nyak Dhien (ejaan lama: Tjoet Nja' Dhien, Lampadang, Kerajaan Aceh, 1848 – Sumedang, Jawa Barat, 6 November 1908; dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia dari Aceh yang berjuang melawan Belanda pada masa Perang Aceh. Setelah wilayah VI Mukim diserang, ia mengungsi, sementara suaminya Ibrahim Lamnga bertempur melawan Belanda. Ibrahim Lamnga tewas di Gle Tarum pada tanggal 29 Juni 1878 yang menyebabkan Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah hendak menghancurkan Belanda.

Teuku Umar, salah satu tokoh yang melawan Belanda, melamar Cut Nyak Dhien. Pada awalnya Cut Nyak Dhien menolak, tetapi karena Teuku Umar memperbolehkannya ikut serta dalam medan perang, Cut Nyak Dhien setuju untuk menikah dengannya pada tahun 1880. Mereka dikaruniai anak yang diberi nama Cut Gambang. Setelah pernikahannya dengan Teuku Umar, ia bersama Teuku Umar bertempur bersama melawan Belanda. Namun, Teuku Umar gugur saat menyerang Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899, sehingga ia berjuang sendirian di pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya. Cut Nyak Dien saat itu sudah tua dan memiliki penyakit encok dan rabun, sehingga satu pasukannya yang bernama Pang Laot melaporkan keberadaannya karena iba. Ia akhirnya ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh. Di sana ia dirawat dan penyakitnya mulai sembuh. Namun, keberadaannya menambah semangat perlawanan rakyat Aceh. Ia juga masih berhubungan dengan pejuang Aceh yang belum tertangkap. Akibatnya, Dhien dibuang ke Sumedang. Tjoet Nyak Dhien meninggal pada tanggal 6 November 1908 dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang.

KEHIDUPAN AWAL


Cut Nyak Dhien dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat beragama di Aceh Besar, wilayah VI Mukim pada tahun 1848. Ayahnya bernama Teuku Nanta Setia, seorang uleebalang VI Mukim, yang juga merupakan keturunan Machmoed Sati, perantau dari Sumatera Barat. Machmoed Sati mungkin datang ke Aceh pada abad ke 18 ketika kesultanan Aceh diperintah oleh Sultan Jamalul Badrul Munir. Oleh sebab itu, Ayah dari Cut Nyak Dhien merupakan keturunan Minangkabau. Ibu Cut Nyak Dhien adalah putri uleebalang Lampagar.

Pada masa kecilnya, Cut Nyak Dhien adalah anak yang cantik. Ia memperoleh pendidikan pada bidang agama (yang dididik oleh orang tua ataupun guru agama) dan rumah tangga (memasak, melayani suami, dan yang menyangkut kehidupan sehari-hari yang dididik baik oleh orang tuanya). Banyak laki-laki yang suka pada Cut Nyak Dhien dan berusaha melamarnya. Pada usia 12 tahun, ia sudah dinikahkan oleh orangtuanya pada tahun 1862 dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga, putra dari uleebalang Lamnga XIII. Mereka memiliki satu anak laki-laki.

PERLAWANAN SAAT PERANG ACEH

Pada tanggal 26 Maret 1873, Belanda menyatakan perang kepada Aceh, dan mulai melepaskan tembakan meriam ke daratan Aceh dari kapal perang Citadel van Antwerpen. Perang Aceh pun meletus. Pada perang pertama (1873-1874), Aceh yang dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Machmud Syah bertempur melawan Belanda yang dipimpin Johan Harmen Rudolf Köhler. Saat itu, Belanda mengirim 3.198 prajurit. Lalu, pada tanggal 8 April 1873, Belanda mendarat di Pantai Ceureumen di bawah pimpinan Köhler, dan langsung bisa menguasai Masjid Raya Baiturrahman dan membakarnya. Cut Nyak Dhien yang melihat hal ini berteriak:
"Lihatlah wahai orang-orang Aceh!! Tempat ibadat kita dirusak!! Mereka telah mencorengkan nama Allah! Sampai kapan kita begini? Sampai kapan kita akan menjadi budak Belanda "

Kesultanan Aceh dapat memenangkan perang pertama. Ibrahim Lamnga yang bertarung di garis depan kembali dengan sorak kemenangan, sementara Köhler tewas tertembak pada April 1873.
Pada tahun 1874-1880, di bawah pimpinan Jenderal Jan van Swieten, daerah VI Mukim dapat diduduki Belanda pada tahun 1873, sedangkan Keraton Sultan jatuh pada tahun 1874. Cut Nyak Dhien dan bayinya akhirnya mengungsi bersama ibu-ibu dan rombongan lainnya pada tanggal 24 Desember 1875. Suaminya selanjutnya bertempur untuk merebut kembali daerah VI Mukim.

Ketika Ibrahim Lamnga bertempur di Gle Tarum, ia tewas pada tanggal 29 Juni 1878. Hal ini membuat Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah akan menghancurkan Belanda.

Teuku Umar, tokoh pejuang Aceh, melamar Cut Nyak Dhien. Pada awalnya Cut Nyak Dhien menolak. Namun, karena Teuku Umar mempersilakannya untuk ikut bertempur dalam medan perang, Cut Nyak Dien akhirnya menerimanya dan menikah lagi dengan Teuku Umar pada tahun 1880. Hal ini membuat meningkatnya moral semangat perjuangan Aceh melawan Kaphe Ulanda (Belanda Kafir). Nantinya, Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar memiliki anak yang diberi nama Cut Gambang.
Perang dilanjutkan secara gerilya dan dikobarkan perang fi'sabilillah. Sekitar tahun 1875, Teuku Umar melakukan gerakan dengan mendekati Belanda dan hubungannya dengan orang Belanda semakin kuat. Pada tanggal 30 September 1893, Teuku Umar dan pasukannya yang berjumlah 250 orang pergi ke Kutaraja dan "menyerahkan diri" kepada Belanda. Belanda sangat senang karena musuh yang berbahaya mau membantu mereka, sehingga mereka memberikan Teuku Umar gelar Teuku Umar Johan Pahlawan dan menjadikannya komandan unit pasukan Belanda dengan kekuasaan penuh. Teuku Umar merahasiakan rencana untuk menipu Belanda, meskipun ia dituduh sebagai penghianat oleh orang Aceh. Bahkan, Cut Nyak Meutia datang menemui Cut Nyak Dhien dan memakinya. Cut Nyak Dien berusaha menasehatinya untuk kembali melawan Belanda. Namun, Teuku Umar masih terus berhubungan dengan Belanda. Umar lalu mencoba untuk mempelajari taktik Belanda, sementara pelan-pelan mengganti sebanyak mungkin orang Belanda di unit yang ia kuasai. Ketika jumlah orang Aceh pada pasukan tersebut cukup, Teuku Umar melakukan rencana palsu pada orang Belanda dan mengklaim bahwa ia ingin menyerang basis Aceh.
Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien pergi dengan semua pasukan dan perlengkapan berat, senjata, dan amunisi Belanda, lalu tidak pernah kembali. Penghianatan ini disebut Het verraad van Teukoe Oemar (pengkhianatan Teuku Umar).

Teuku Umar yang mengkhianati Belanda menyebabkan Belanda marah dan melancarkan operasi besar-besaran untuk menangkap baik Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar. Namun, gerilyawan kini dilengkapi perlengkapan dari Belanda. Mereka mulai menyerang Belanda sementara Jend. Van Swieten diganti. Penggantinya, Jend. Jakobus Ludovicius Hubertus Pel, dengan cepat terbunuh dan pasukan Belanda berada pada kekacauan. Belanda lalu mencabut gelar Teuku Umar dan membakar rumahnya, dan juga mengejar keberadaannya.

Dien dan Umar terus menekan Belanda, lalu menyerang Banda Aceh (Kutaraja) dan Meulaboh (bekas basis Teuku Umar), sehingga Belanda terus-terusan mengganti jendral yang bertugas. Unit "Maréchaussée" lalu dikirim ke Aceh. Mereka dianggap biadab dan sangat sulit ditaklukan oleh orang Aceh. Selain itu, kebanyakan pasukan "De Marsose" merupakan orang Tionghoa-Ambon yang menghancurkan semua yang ada di jalannya. Akibat dari hal ini, pasukan Belanda merasa simpati kepada orang Aceh dan Van der Heyden membubarkan unit "De Marsose". Peristiwa ini juga menyebabkan kesuksesan jendral selanjutnya karena banyak orang yang tidak ikut melakukan jihad kehilangan nyawa mereka, dan ketakutan masih tetap ada pada penduduk Aceh.

Jendral Joannes Benedictus van Heutsz memanfaatkan ketakutan ini dan mulai menyewa orang Aceh untuk memata-matai pasukan pemberontak sebagai informan sehingga Belanda menemukan rencana Teuku Umar untuk menyerang Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899. Akhirnya, Teuku Umar gugur tertembak peluru. Ketika Cut Gambang, anak Cut Nyak Dhien, menangis karena kematian ayahnya, ia ditampar oleh ibunya yang lalu memeluknya dan berkata:

"Sebagai perempuan Aceh, kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang sudah syahid"

Cut Nyak Dien lalu memimpin perlawanan melawan Belanda di daerah pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya dan mencoba melupakan suaminya. Pasukan ini terus bertempur sampai kehancurannya pada tahun 1901 karena tentara Belanda sudah terbiasa berperang di medan daerah Aceh. Selain itu, Cut Nyak Dien sudah semakin tua. Matanya sudah mulai rabun, dan ia terkena penyakit encok dan juga jumlah pasukannya terus berkurang, serta sulitnya memperoleh makanan. Hal ini membuat iba para pasukan-pasukannya.

Anak buah Cut Nyak Dhien yang bernama Pang Laot melaporkan lokasi markasnya kepada Belanda karena iba. Akibatnya, Belanda menyerang markas Cut Nyak Dien di Beutong Le Sageu. Mereka terkejut dan bertempur mati-matian. Cut Nyak Dhien ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh. Dhien dipindah ke Sumedang berdasari orang terakhir yang melindungi Dien sampai kematiannya. Namun, Cut Nyak Dhien memiliki penyakit rabun, sehingga ia tertangkap. Dhien berusaha mengambil rencong dan mencoba untuk melawan musuh. Sayangnya, aksi Dhien berhasil dihentikan oleh Belanda. Cut Gambang berhasil melarikan diri ke hutan dan meneruskan perlawanan yang sudah dilakukan oleh ayah dan ibunya.

MASA TUA & KEMATIAN

Setelah ditangkap, Cut Nyak Dhien dibawa ke Banda Aceh dan dirawat di situ. Penyakitnya seperti rabun dan encok berangsur-angsur sembuh. Namun, Cut Nyak Dien akhirnya dibuang ke Sumedang, Jawa Barat, karena ketakutan Belanda bahwa kehadirannya akan menciptakan semangat perlawanan dan juga karena ia terus berhubungan dengan pejuang yang belum tunduk.

Ia dibawa ke Sumedang bersama dengan tahanan politik Aceh lain dan menarik perhatian bupati Suriaatmaja. Selain itu, tahanan laki-laki juga menyatakan perhatian mereka pada Cut Nyak Dhien, tetapi tentara Belanda dilarang mengungkapan identitas tahanan. Ia ditahan bersama ulama bernama Ilyas yang segera menyadari bahwa Cut Nyak Dhien merupakan ahli dalam agama Islam, sehingga ia dijuluki sebagai "Ibu Perbu".

Pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dhien meninggal karena usianya yang sudah tua. Makam "Ibu Perbu" baru ditemukan pada tahun 1959 berdasarkan permintaan Gubernur Aceh saat itu, Ali Hasan. "Ibu Perbu" diakui oleh Presiden Soekarno sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui SK Presiden RI No.106 Tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964.

MAKAM

Menurut penjaga makam, makam Cut Nyak Dhien baru ditemukan pada tahun 1959 berdasarkan permintaan Gubernur Aceh, Ali Hasan. Pencarian dilakukan berdasarkan data yang ditemukan di Belanda. Masyarakat Aceh di Sumedang sering menggelar acara sarasehan. Pada acara tersebut, peserta berziarah ke makam Cut Nyak Dhien dengan jarak sekitar dua kilometer. Menurut pengurus makam, kumpulan masyarakat Aceh di Bandung sering menggelar acara tahunan dan melakukan ziarah setelah hari pertama Lebaran. Selain itu, orang Aceh dari Jakarta melakukan acara Haul setiap bulan November

Makam Cut Nyak Dhien pertama kali dipugar pada 1987 dan dapat terlihat melalui monumen peringatan di dekat pintu masuk yang tertulis tentang peresmian makam yang ditandatangani oleh Gubernur Aceh Ibrahim Hasan pada tanggal 7 Desember 1987. Makam Cut Nyak Dhien dikelilingi pagar besi yang ditanam bersama beton dengan luas 1.500 m2. Di belakang makam terdapat musholla dan di sebelah kiri makam terdapat banyak batu nissan yang dikatakan sebagai makam keluarga ulama H. Sanusi.

Pada batu nissan Cut Nyak Dhien, tertulis riwayat hidupnya, tulisan bahasa Arab, Surah At-Taubah dan Al-Fajr, serta hikayat cerita Aceh.

Jumlah peziarah ke makam Cut Nyak Dhien berkurang karena Gerakan Aceh Merdeka melakukan perlawanan di Aceh untuk merdeka dari Republik Indonesia. Selain itu, daerah makam ini sepi akibat sering diawasi oleh aparat.

Kini, makam ini mendapat biaya perawatan dari kotak amal di daerah makam karena pemerintah Sumedang tidak memberikan dana.
(wikipedia)

Anda Adalah Pengunjung Blog Yang Ke :