Tak ada bosannya bilamana kita pecinta sepak bola menelusuri kisah perjalanan seorang bintang cabang olah raga yg di gandrungi hampir seluruh penghuni dunia ini. Apalagi bila sosok tersebut adalah seorang bintang atau mahabintang di lapangan. Sangatlahlah menarik jika kita akan memperhatikan kehidupan di dalam atau di luar lapangan, seperti dan bagaimanakah kisahnya?
Sosok yang akan kita ikuti kisahnya adalah ROBIN VAN PERSIE, punggawa Timnas Belanda, Arsenal dan sekarang Manchester United. Kiprah perjalanan karier pesepakbola ini sangatlah bagus dan bisa dibilang berprestasi. Tentunya bukan kita ulas A-Z mengenai perjalanan karier sepak bolanya, namun sebagian sisi lain pemain yg konon memiliki darah keturunan Indonesia dari kakek-buyutnya.
Sebuah TV nasional sedikit mengupas perjalanannya sebagai berikut :
- DARAH AREK SUROBOYO ADA DI DADANYA...
Kota Surabaya memang kaya akan kisah. Gulungan kitab sejarah tentang
kejayaan nusantara dan kemerdekaan Indonesia tak akan pernah bisa lepas
dari kisah kota yang berasal dari gabungan dua kata Sura dan Baya
bermakna terbebas dari bahaya itu. Konon pendiri Kerajaan Majapahit
Raden Wijaya (tahun 1293) yang menamai kota pelabuhan di timur Pulau
Jawa itu setelah berhasil mengusir bala tentara Tartar dari tanah Jawa.
Bumi Jawa ketika itu pun terbebas dari bahaya infiltrasi kekuasaan
Kaisar Kublai Khan.
Banyak kisah pejuang kemerdekaan berasal dari Surabaya. Jamak pula
seniman dan atlet ternama yang berasal dari Kota Pahlawan ini. Bahkan
bomber Manchester United asal Negeri Belanda Robin van Persie pun
disebut-sebut berasal dari Surabaya.
Darah Seni Mengalir Di Tubuh Robin
Robin van Persie lahir, tumbuh, dan besar di lingkungan keluarga
seniman. Tak ada cerita dunia atlet sedikit pun di lingkungan
keluarganya. Sang ayah Bob van Persie dikenal sebagai seniman patung dan
istrinya Jose Ras seorang pelukis sekaligus perancang perhiasan. Mereka
berdua terbiasa hidup terpisah. Bahkan setelah Robin van Persie lahir 6
Agustus 1983 silam di Rotterdam, Belanda, si jabang bayi tak selalu
bersama kedua orangtuanya.
Bocah Robin van Persie hidup bersama sang ayahanda di Belanda. Selain
Van Persie, ada lagi dua saudari perempuannya yang juga tinggal bersama
sang ayah Bob van Persie. Kedua saudarinya itu diketahui bernama Lily
dan Kiki.
Darah Indonesia yang mengalir dalam diri Robin van Persie berasal dari
garis ibu. Dari cerita yang bergulir dalam keluarga, disebut-sebut nenek
ibunda Robin van Persie masih 'berbau' Indonesia berasal dari Surabaya.
Jose Ras sang ibu dulu memilih tinggal di Belanda.
Hubungan Indonesia-Belanda memiliki kisah sejarah amat panjang. Tak
terhitung lagi, berapa orang asal Indonesia yang hengkang dan tinggal di
Negeri Kincir Angin itu. Begitu pula sebaliknya, banyak warga Belanda
yang jatuh cinta hingga akhirnya hidup di Negeri Nusantara sampai
meninggalnya dikubur di Bumi Pertiwi.
Main Bola Bola Sejak Umur 5 Tahun
Insting pelatih Klub SBV Excelsior Aad Putters di Rotterdam tak salah.
Saat pertama kali melihat Robin van Persie sinyalnya langsung nyambung.
Dia melihat, ada yang berbeda dengan bocah yang waktu itu masih berumur
sekitar 5,5 tahun itu. Mata sang pelatih tak berkedip menyaksikan
kepintaran Van Persie.
"Biasanya anak-anak bergabung di usia 6 tahun. Tapi Robin datang di usia
5,5 tahun dan bertanya apakah sudah boleh bergabung. Jadi saya tes dia.
Dan dari jarak 13 meter jauhnya, dia bisa mengendalikan bola mati di
bawah kaki kanannya. Sesuatu yang menakjubkan untuk anak seusianya,"
ujar Aad melukiskan bagaimana dia amat terkesan dengan bocah kecil itu.
Ternyata tak hanya itu yang ditunjukkan bocah Van Persie. Kemampuan
menendang bola pun ditunjukkannya dengan kaki kiri dan kanan.
"Dia bisa menendang dengan kaki kanan, sama baiknya dengan kaki kiri.
Itu sesuatu yang luar biasa untuk anak seusianya," tambahnya lagi, masih
dengan nada penuh kekaguman.
Menurut Aad, sejak kecil Van Persie memiliki dedikasi terhadap sepakbola
yang sangat luar biasa. Walaupun cuaca buruk, dia tetap datang dan
bermain bola di bawah hujan deras.
"Dalam salah satu kesempatan latihan, pernah dibatalkan karena cuaca
buruk, tapi Robin menelepon dan bilang akan datang. Jadi saya berlatih
dengannya selama satu jam di bawah hujan deras," tutur Aad mengingat
masa lalunya.
Anak Sulit Diatur
"Dia anak yang sulit dikendalikan. Dia ikut saya sampai berumur 12
tahun. Setelah itu, dia aktif dengan dunianya sendiri," tutur sang ayah
Bob van Persie mengingat masa lalunya.
Robin van Persie memang tumbuh menjadi anak yang selalu kukuh dengan
kemauannya sendiri. Sebagian orang bahkan mengecapnya sebagai anak yang
keras kepala, cenderung nakal, tak bisa diam, dan dianggap bodoh di
kelas karena tak pernah mau memperhatikan gurunya saat mengajar di dalam
kelas.
Salah seorang guru sejarah di sekolahnya dulu, Omar Verhoeven
membenarkan cerita tersebut. Beberapa guru berusaha untuk membuat Van
Persie agar tertarik ke pelajaran sekolah namun selalu menemui
kegagalan.
"Dia bukan murid yang baik," ujar Verhoeven menyimpulkan kondisi Robin van Persie kala itu.
Karena keadaan seperti itulah, dirinya sering memanggil Robin van Persie
secara pribadi untuk diajak berbicara dari hati ke hati. Tapi
jawaban-jawaban yang meluncur dari mulut muridnya itu kerap membuatnya
kecewa.
"Dengan dia, selalu ada masalah yang cukup menyulitkan. Yang ada di
pikirannya hanya tiga hal, sepakbola, sepakbola, dan sepakbola. Ketika
itu, saya tegaskan: Tidak! Ada pelajaran sejarah, matematika, dan
lainnya," ujar Verhoeven.
Walau pernah dikatakan sebagai anak yang susah diatur, tapi Van Persie
tak mau menggubris. Dia tetap cuek dengan prestasi akademiknya dan lebih
fokus pada sepakbola. Hampir sebagian besar waktunya dihabiskan untuk
bermain bola.
(bersambung)