Standar pelatihan gajah sirkus: Ketika masih kecil, gajah sirkus dirantai kakinya, setiap akan jalan melangkah, dia terjatuh tertahan rantai, tersungkur.
Setelah berkali kali tersungkur, dia tidak lagi berani berjalan bila ada rantai di kakinya.
Waktu sudah dewasa, bila ada rantai di kakinya, maka gajah itupun tidak akan berani berjalan lagi. Padahal badan nya sudah berubah besar dan tenaganya hebat, dan pasti rantai itu tidak akan mampu menahannya.
Sang gajah tidak berani mencoba berjalan lagi, karena dalam ingatannya dia akan tersungkur bila mencoba. Di otaknya ada rantai. Kakinya bisa dengan mudah merdeka, tetapi jiwanya terantai.
*** Kita dibentuk oleh rantai2 kaki dalam hidup kita. Keyakinan orang2 sekeliling kita, adat istiadat kita, ajaran dan pendidikan kita, menjadi rantai pengatur hidup kita, dan kita tidak perduli lagi walau itu telah usang, dan tidak benar lagi pada saat ini.
Setiap manusia berada pada penjara pengalamannya sendiri. Ketakutan dan kekhawatiran dan pembatasan terjadi karena kita terbentuk oleh masa lalu kita. Kita telah ditakdirkan berada didalam penjara jiwa kita.
Yang tidak kita sadari adalah pintu penjara sebenarnya telah lama bisa dibuka, gemboknya sudah terbuang, tetapi kita tidak lagi pernah mencoba membuka pintu itu, dengan asumsi bahwa kita pasti tidak mampu membukanya karena dulu kita tidak pernah mampu membukanya. Kita salah, seperti juga sang gajah. Sudah waktunya kita keluar dari penjara kita. Sekarang.
Setelah berkali kali tersungkur, dia tidak lagi berani berjalan bila ada rantai di kakinya.
Waktu sudah dewasa, bila ada rantai di kakinya, maka gajah itupun tidak akan berani berjalan lagi. Padahal badan nya sudah berubah besar dan tenaganya hebat, dan pasti rantai itu tidak akan mampu menahannya.
Sang gajah tidak berani mencoba berjalan lagi, karena dalam ingatannya dia akan tersungkur bila mencoba. Di otaknya ada rantai. Kakinya bisa dengan mudah merdeka, tetapi jiwanya terantai.
*** Kita dibentuk oleh rantai2 kaki dalam hidup kita. Keyakinan orang2 sekeliling kita, adat istiadat kita, ajaran dan pendidikan kita, menjadi rantai pengatur hidup kita, dan kita tidak perduli lagi walau itu telah usang, dan tidak benar lagi pada saat ini.
Setiap manusia berada pada penjara pengalamannya sendiri. Ketakutan dan kekhawatiran dan pembatasan terjadi karena kita terbentuk oleh masa lalu kita. Kita telah ditakdirkan berada didalam penjara jiwa kita.
Yang tidak kita sadari adalah pintu penjara sebenarnya telah lama bisa dibuka, gemboknya sudah terbuang, tetapi kita tidak lagi pernah mencoba membuka pintu itu, dengan asumsi bahwa kita pasti tidak mampu membukanya karena dulu kita tidak pernah mampu membukanya. Kita salah, seperti juga sang gajah. Sudah waktunya kita keluar dari penjara kita. Sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Komentar Anda Tidak Menyinggung SARA...